Mohon tunggu...
Setyani Alfinuha
Setyani Alfinuha Mohon Tunggu... -

Alumni ISHS 3 Kediri | Psikologi UIN Maliki Malang '13\r\n13410056

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Materialisme VS Idealisme

30 Maret 2014   00:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:18 2332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Aliran-aliran filsafat manusia diantanya idealisme, materialisme, vitalisme, eksistensialisme, dan banyak lagi aliran-aliran lain. Namun aliran yang paling tua dan besar adalah aliran materialisme dan idealisme. Kita akan menggali konsep serta perbedaan diantara kedua aliran tersebut. Berikut ini merupakan penjelasan dari aliran materialisme dan idealisme.

Materialisme

Materialisme merupakan paham filsafat yang meyakini bahwa esensi kenyataan, termasuk esensi manusia bersifat material atau fisik. Ciri utama dari kenyataan fisik atau material adalah bahwa ia menempati ruang dan waktu, memiliki keluasan (res extensa), dan bersifat objektif. Karena menempati ruang dan waktu serta bersifat objektif, maka ia bisa diukur, dikuantifikasi (dihitung), diobservasi. Alam spiritual atau jiwa, tidak menempati ruang, tidak bisa disebut esensi kenyataan, dan oleh karena itu ditolak keberadaannya (Abidin, 2011, p. 25). Kalau ada peristiwa atau gejala yang masih belum diketahui, atau belum bisa dipecahkan oleh manusia, maka hal itu bukan berarti ada kekuatan yang bersifat spiritual di belakang peristiwa tersebut, melainkan karena pengetahuan dan akal kita saja yang belum dapat memahaminya. Bagi aliran materialisme, semua penjelasan harus didasarkan pada data-data yang bersifat inderawi.

Jenis lain dari materialisme adalah naturalisme. Disebut naturalisme, karena istilah materi diganti dengan istilah alam (nature) atau organisme. Materialisme atau naturalisme percaya bahwa setiap gejala, setiap gerak, bisa dijelaskan menurut hukum kausitas, hukum sebab-akibat, atau hukum stimulus-respons. Gejala yang kita amati tidak bergerak dengan sendirinya, melainkan karena adanya sebab-sebab eksternal yang mendahului atau menggerakkannya (Abidin, 2011, p. 26).

Karena sangat percaya pada hukum kausitas, maka kaum materialis pada umumnya sangat deterministik. Mereka tidak mengakui adanya kebebasan atau independensi manusia. Seorang materialis sangat yakin bahwa tidak ada gerak atau perilaku yang ditimbulkan oleh dirinya sendiri. Gerak selalu bersifat mekanis, digerakkan oleh kekuatan-kekuatan di luar dirinya (eksternal).

Ilmu-ilmu alam seperti fisika, biolgoi, kimia, kedokteran adalah suatu bentuk dari materialisme atau naturalisme, jika berasumsi bahan esensi alam semesta (termasuk manusia) dan objek kajian ilmu-ilmu alam sepenuhnya bersifat material, sehingga bisa dijelaskan secara kausal dan mekanis. Akan tetapi, ilmu-ilmu tentang manusia seperti psikologi dan sosiologi pun adalah materialisme, jika memiliki asumsi bahwa objek kajiannya (yakni, perilaku manusia) adalah materi yang menempati ruang dan waktu, bisa diukur dan dikuantifikasi dan bergerak (berperilaku) secara kausal.

Manusia adalah bagian dari alam atau materi. Manusia adalah mesin atau kumpulan sel dan sistem syaraf. Manusia adalah daging (tubuh) yang menempati ruang dan waktu. Sebagai tubuh (daging), manusia mengalami perkembangan dan penysutan, sejalan dengan perjalanan waktu.

Akibat selanjutnya adalah bahwa manusia merupakan makhluk yang deterministik, tidak memiliki kebebasan. Perilaku manusia tidak lain adalah akibat dari suatu sebab eksternal. Perilaku manusia tidak berasal dari dirinya sendiri (self-determined). Manusia berperilaku karena ada suatu sebab yang mendahuluinya (stimulus), yang menuntut untuk diberikan resposn atau reaksi.

Materialisme dalam melihat manusia ia hanya melihat apa yang tampak saja yaitu materialnya atau jasmaninya. Materialisme tidak memperdulikan hal lain selain material, seperti kecerdasan, jiwa, dan lain-lain. Ia beranggapan bahwa materiallah yang mempengaruhi kecerdasan, jiwa, dan lain-lain. Ruhani/spiritual juga tidak menjadi pokok bahasan dalam materialisme. Selain itu, materialisme juga beranggapan bahwa adanya dunia dan manusia karena adanya sebab akibat sehingga mereka tidak mengakui adanya Tuhan yang intervensi.

Idelisme

Kebalikan dri materialisme. Mernurut aliran ini, kenyataan sejati adalah bersifat spiritual (oleh sebab itu, aliran ini sering disebut juga spiritualisme). Para idealis percaya bahwa ada kekuatan atau kenyataan spiritual di belakang setiap penampakan atau kejadian. Esensi dari kenyataan spiritual ini adalah berpikir (res cogitans). Karena kekuatan atau kenyataan spiritual tidak bisa diukur atau dijelaskan berdasarkan pada pengamatan empiris, maka kita hanya bisa menggunakan metafor-metafor kesadaran manusia. Misalnya, kekuatan spiritual dianggap bersifat rasional, berkehendak, berpesaraan, kreatif, dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun