Mohon tunggu...
Robi Setyanegara
Robi Setyanegara Mohon Tunggu... -

Pengamat politik; Kandidat Master Ilmu Politik Universitas Indonesia; Aktivis Rumah Kepemimpinan; Dapat dihubungi di setyarobi@yahoo.com atau 085645057046

Selanjutnya

Tutup

Politik

BBM, Minyak Pembawa Petaka

25 April 2012   02:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:09 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negeri ini sekarang sedang diguncang oleh dilema BBM : menaikkan harga BBM atau membatasi penggunaan BBM bersubsidi. Beberapa waktu lalu, hampir seluruh Indonesia bergejolak akibat wacana menaikkan harga BBM. Banyak infrastruktur dan fasilitas publik penting lainnya yang turut menjadi "korban" amukan massa yang beringas. Perusaknya bukan orang-orang yang tidak berpendidikan. Justru perusaknya adalah para mahasiswa yang notabene adalah kaum-kaum intelektual. Pada akhirnya, aksi itu kian meredam setelah keputusan di paripurna DPR ditok : memberikan peluang kepada pemerintah untuk menaikkan harga BBM apabila harga minyak dunia naik lebih dari 15% dari asumsi APBN.

BBM seperti menjadi barang "momok' bagi pemegang kekuasaan republik ini. Hampir semua presiden, dari Soekarno hingga SBY, pernah menaikkan harga BBM. Dan di saat itulah, mereka menghadapi risiko yang luar biasa : lengser dari kursi presiden. Dari fenomena tersebut, dapat ditarik kesimpulan lucu : BBM (berpeluang) dapat menurunkan presiden! Gara-gara minyak pula, kondisi politik pun juga membara, baik di parlemen maupun di eksekutif. Sungguh memprihatinkan!

Sudah banyak putra-putri bangsa yang berpikir dan berusaha membongkar benang kusut tersebut. Secara keseluruhan, ada beberapa jalan keluar yang mereka tawarkan : menciptakan alat-alat untuk menghemat penggunaan BBM (dosen ITS sudah mampu membuat alat ini), menciptakan mobil nasional bertenaga listrik (berkali-kali diwacanakan oleh Dahlan Iskan), dan satu usulan yang menurut saya ini adalah satu jalan keluar yang efektif : mengganti penggunaan BBM ke BBG (Bahan Bakar Gas)!

Apalah yang bisa diharapkan lagi dengan BBM yang banyak membawa petaka itu? Bukankah BBG adalah solusi yang tepat? Saya jadi teringat pernyataan almarhum Prof.Dr.Widjajono Partowidagdo (Wakil Menteri ESDM) bahwa salah apabila orang menganggap Indonesia ini kaya minyak. Indonesia ini bukan negeri yang kaya minyak. Bayangkan, kita mengimpor minyak secara berkala dari luar negeri. Dan menurut saya, ini bukan langkah yang paling tepat untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Harus berapa lama lagi kita mengimpor minyak sementara sumber energi lain, seperti batubara dan gas, melimpah di negeri ini? Di sinilah akar benang kusut BBM itu.

Saya rasa, semua sepakat bahwa kita harus terlepas dari "belenggu" BBM. Kita harus "memutar otak" untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Kita tinggalkan BBM, lalu beralih menggunakan energi batubara dan gas. Sudah banyak uji coba kendaraan yang menggunakan bahan bakar gas. Dan hasilnya sungguh luar biasa. Minimal, dengan cara itu penggunaan BBM bisa dikurangi. Dan apabila ini menjadi kebijakan nasional pemerintah untuk mengkonversikan BBM ke BBG atau batubara, Insya Allah, Indonesia tidak akan bergejolak lagi gara-gara "minyak pembawa petaka" itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun