Mohon tunggu...
SetyajiRizky 059
SetyajiRizky 059 Mohon Tunggu... -

Ketika hobi itu dibayar akan terasa nikmat, nikmatnya melebihi kopi di pagi hari bukan ?

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Gara-gara Motor!

15 Agustus 2016   20:58 Diperbarui: 15 Agustus 2016   21:12 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana bakti sosial bersama satu cakrawala

Hobi mengendarai sepeda motor ke beberapa tempat-tempat wisata di pulau jawa mengantarkan saya untuk  melihat lebih elok negeri yang saya pijak sejak lahir dan memaksa saya berkenalan dengan wajah-wajah baru yang harus saya hafal. Semuanya meninggalkan kesan dan semua itu tak pernah saya dapatkan di sekolahan. Suatu hari saya diajak oleh rekan saya bahwa ada sebuah kegiatan bakti sosial yang akan diadakan oleh beberapa orang yang sama-sama hobi berkendara menggunakan sepeda motor.

Awalnya saya tidak begitu tertarik, namun karena seusai acara bakti sosial tersebut dilanjutkan dengan kegiatan camping di sebuah waduk, akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti kegiatan tersebut. Setelah mencari beberapa informasi, lokasi kegiatan tersebut diadakan di Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. Dari Boyolali menuju Grobogan membutuhkan waktu kurang lebih dua jam perjalanan.

Berangkat dari boyolali sekitar pukul tiga dini hari melewati jalur Karanggede-Wonosegoro-waduk Kedung Ombo-Purwodadi-kecamatan Pulokulon Grobogan. Sebelumnya saya melihatdi google maps jarak tempuh yang akan dilalui. Namun ketika perjalanan, waktu tempuh dan jarak tidak sesuai seperti di peta google maps alhasil saya menggunakan GPS manual alias (Gunakan Penduduk Sekitar). Memasuki Kecamatan Pulokulon,jalan aspal tak saya temui disini dan juga tak saya temui ekspresi kesal yang ditunjukkan oleh beberapa masyarakat yang saat saya melewati jalur ini.

Jalan menuju sdn Mlowokarangtalun 2 dan 4
Jalan menuju sdn Mlowokarangtalun 2 dan 4
Akses jalan menuju sdn Mlowokarangtalun 2 dan 4
Akses jalan menuju sdn Mlowokarangtalun 2 dan 4
“Pak, nak ajeng teng sd Mlowokarantalun 2 niku liwate pundi nggeh” (Pak kalo mau ke sd mlowokarangtalun lewat mana ya?) tanyaku. “Lurus mawon mas, mengkeh wonten pertigaan belok kanan” (Lurus saja mas, kalo sudah ada pertigaan belok kanan) Ujar seorang bapak-bapak sambil membawa pacul di pundaknya. Seusai diberi arahan tersebut saya langsung mengikuti jalur tersebut.

Sebuah lapangan sepak bola beralaskan rumput hijau tepat didepan saya, dan dibelakang lapangan tersebut tiga bangunan sd. Papan kayu mengelilingi bangunan sd tersebut, salah seorang teman kami hendak ke kamar mandi, namun diurungkan karena kamar mandi tersebut tidak dapat digunakan. Setelah beberapa saat berkomunikasi bersama beberapa guru di sd tersebut.

13754231-1102721776460624-4536293300141261977-n-57b1c6dc0123bd4017e1e0fd.jpg
13754231-1102721776460624-4536293300141261977-n-57b1c6dc0123bd4017e1e0fd.jpg
Bukankah melalui pendidikan adalah cara terbaik untuk mencerdaskan bangsa? Maka, Untuk mencapai suatu kualitas pendidikan yang lebih baik, sarana dan prasarana wajib dihadirkan ditengah-tengah proses pendidikan, namun semangat siswa-siswi SDN Mlowokarangtalun 1 dan 4 mengalahkan semangat kita yang belajar dengan berbagai fasilitas-fasilitas yang ada. Mereka tetap terus belajar walau dengan keadaan yang seadanya, berdampingan dengan bahaya yang kapan saja bisa mengancam mereka. Tekat mereka sangat kokoh layaknya gedung sekolah SDN Mlowokarangtalun 1 dan 4 yang masih kokoh berdiri meskipun tidak pernah direnovasi, hingga beberapa atap langit-langit beterbangan entah kemana.

Letak SDN Mlowokarangtalun 1 dan 4 yang berdampingan memiliki goresan sejarah bahwa 2 Sekolah ini pernah mengalami suasana yang sangat ramai pada saat proses belajar mengajar. Namun sekarang keheningan menghampiri 2 Sekolah ini, banyak calon siswa-siswa kini berpaling pada sekolah yang lain. Hingga tahun ini Kepala sekolah serta dewan guru kedua sekolah tersebut bersepakat untuk menggabungkan siswa beserta managerialnya menjadi satu sekolah saja, demi meminimalisir biaya yang dikeluarkan. Selain itu, disekolah tersebut dari 15 guru hanya satu yang berstatus pegawai negeri sipil, sisanya masih berstatus honorer.

Kondisi ruangan kelas Sdn Mlowokarangtalun 4
Kondisi ruangan kelas Sdn Mlowokarangtalun 4
suasana bakti sosial
suasana bakti sosial
suasana bakti sosial bersama satu cakrawala
suasana bakti sosial bersama satu cakrawala
Beberapa bantuan pun diserahkan, Bakti sosial ini dilaksanakan oleh beberapa orang yang berangkat dari hobi yang sama dan menamai dengan Satu Cakrawala. Berbeda dengan club motor lainnya, yang membedakan mereka dengan club motor lainnya adalah tidak adanya kopdar (kopi darat), mereka memanfaatkan sosial media guna membahas rencana kegiatan-kegiatan bakti sosial.

Bakti sosial bersama satu cakrawala dan Komunitas motor box Semarang
Bakti sosial bersama satu cakrawala dan Komunitas motor box Semarang
Seusai bakti sosial, perjalanan dilanjutkan menuju waduk Nglangon, dimana waduk ini terletak di Dusun Nglangon  Desa Kradenan Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Satu jam perjalanan dari Pulokulon menuju waduk Nglangon, berbeda halnya dengan warga di dusun Pulokulon, saat kami melintas jalur ini beberapa masyarakat melihat saya dengan tatapan serius.

Mungkin mereka terheran dengan aneka perabotan yang ada di motor saya, maklum karena saya membawa beberapa peralatan untuk camping. Namun demikian, saya tetap membawa kebiasaan dari rumah yaitu bertutur mit-amit atau monggo mas/bu/pak (tergantung yang disapa). Mit-amit sepengetahuan saya adalah ungkapan menyapa sesaat ketika melintasi warga/masyarakat lokal dengan maksud tata krama yang berlaku tanpa terkecuali, entah kenal dengan orang tersebut atau tidak tetap menyapa dan ini masih terjalin khususnya di daerah di pedesaan jawa tengah

Pernah suatu hari saya sedang di sebuah komplek perumahan di perkotaan, karena saya orang desa dan sudah terbiasa dengan menyapa orang, saya secara refleks saat mengendarai sepeda motor di sekitar komplek bertemu dengan seorang ibu-ibu dan saya berkata “monggo bu” (mari bu), ibu-ibu tersebut hanya menatap tanpa menggubris sedikit pun. Ternyata saya lupa, bahwa saat itu saya di perkotaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun