Mohon tunggu...
setyagi agus murwono
setyagi agus murwono Mohon Tunggu... Wiraswasta - maju bersama

laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sanjaya Gugat

27 Juli 2021   05:30 Diperbarui: 27 Juli 2021   05:35 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sebuah cerita sejarah tentang perjalanan Rakyan Sanjaya, putra mahkota kerajaan Galuh yang mempersatukan Galuh, Sunda dan Mataram Kuno.

 SANJAYA GUGAT

By. Setyagi AM 

Halaman 3

Dari cara bertempur dan cara melakukan serangan-serangannya, memperlihatkan Demung dan kawan-kawannya, selama ini sering menghadapi lawan-lawan yang memang kemampuannya jauh dibawah mereka. Sehingga kelihatan sekali banyak celah yang dapat dipakai Rakyan Sanjaya dan Permana Aji untuk menyerang balik kearah mereka. Permana Ajipun dalam hati sudah dapat mengambil kesimpulan kekuatan lawan mereka. Maka dengan mengendipkan mata pada Rakyan Sanjaya, Permana Aji akan memulai melakukan serangan pada lawan lawan mereka. Nampaknya Rakyan Sanjaya tanggap terhadap maksud Permana Aji.

Mereka berdua Rakyan Sanjaya dan Permana Aji sudah bersiap untuk melakukan serangan yang cepat dan beruntun. Sesaat kemudian Rakyan Sanjaya sudah menggebrak lawan-lawannya dengan serangan yang berputar-putar begitu cepatnya. Demung begitu terkejut mendapatkan serangan Rakyan Sanjaya.

"He...apa yang kau lakukan Rakyan, kenapa kau berputar-putar seperti hantu saja", Teriak Demung.

Tapi tak berapa lama satu teman Demung sudah roboh sambil meringis menahan sakit dipunggungnya, kemudian disusul dua kawan Demungpun kesakitan diperutnya. Tiga kawan Demung sudah tidak dapat meneruskan pertempuran. Mereka rasakan sakit yang amat sangat, yang tidak memungkinkan mereka dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. 

Melihat anak buah Demung, ada beberapa yang roboh. Maka Permana Aji pun juga melakukan yang sama seperti yang dilakukan Rakyan Sanjaya, namun Permana Aji tidak berputar mengelilingi lawannya. Permana Aji tiba-tiba dengan cepat melompati ketiga lawan-lawannya, sehingga sekarang Permana Aji sudah berada dibelakang lawan yang sedang membelakanginya. 

Lawan Permana Aji tidak menyadari bahwa Permana Aji sudah berada dibelakangnya dan siap dengan serangannya. Begitu lawannya membalikkan badan Permana Aji dengan cepatnya memukul ke arah perut lawannya. Satu lawan permana Aji roboh. Kemudian kaki Permana Aji dengan cepat menendang ke samping mengenai dada lawan yang satunya lagi. Lawannya yang terkena tendangan di dada tersebut terlempar dan berguling-guling kebelakang. Ketika orang itu mencoba mau berdiri, dadanya terasa sesak sekali dan roboh kembali.

Melihat kedua temannya sudah roboh, anak buah Demung yang lain menjadi ragu-ragu untuk menyerang. Demungpun juga mulai berpikir, tidak akan mungkin untuk dapat mengalahkan Rakyan Sanjaya dan temannya itu. Semua yang terjadi diluar perkiraan Demung, ternyata Rakyan Sanjaya dan temannya bukan lawan ringan bahkan Demung dan kawan-kawannya walau berjumlah sepuluh orang tidak dapat berbuat apa-apa. Maka akhirnya Demung berteriak, "Saya menyerah  Rakyan Sanjaya".

Mendengar terikan Demung, maka Rakyan Sanjaya dan Permana Aji menghentikan serangannya. Rakyan Sanjaya memandang dengan tajamnya kearah Demung. "Jadi kamu menyerah Demung?", Tanya Rakyan Sanjaya. Ya Rakyan, saya dan anak buah saya tidak akan mungkin memenangkan pertempuran ini. Tapi ampunilah kami Rakyan, jangan kau bunuh kami.

"Tidak bisa!!!, kalian tetap harus menjalani hukuman karena kalian sudah berniat untuk membunuh Saya dan Permana Aji", kata Rakyan Sanjaya dengan tegas. "Ampunilah kami Rakyan", kata Demung sambil menyembah Rakyan Sanjaya. "Kalian harus dihukum, karena kalian berniat membunuh, maka kalian semua juga harus dilenyapkan dari muka bumi ini", kata Rakyan dengan penuh kewibawaannya.

Tubuh Demung dan kawan-kawannya semakin gemetar, mereka sudah membayangkan tidak akan dapat bertemu kembali dengan keluarga mereka. Walau mereka bajak laut, tetapi menghadapi kematian di depan mata, ternyata ciut juga nyali mereka. Demungpun tak kuasa menahan air matanya. Ampunilah kami Rakyan Sanjaya yang bijaksana, pinta Demung dengan memelas. Kami sebenarnya hanyalah orang-orang suruhan saja dan kami mendapatkan iming-iming hadiah yang besar untuk melakukan tugas ini.

"Siapa yang menyuruh kamu?", Tanya Rakyan Sanjaya kepada Demung. Sebenarnya Guru kami yang menyuruh kami untuk membunuh Rakyan. Bahkan Guru kami bukan hanya menyuruh kami saja, tetapi ada beberapa kelompok yang disebar untuk mencari Rakyan dan mendapatkan tugas yang sama untuk membunuh Rakyan.

Nampak wajah Rakyan Sanjaya menegang, giginya pun beradu, menahan amarah yang tertahan, mendengar apa yang dikatakan oleh Demung. "Ini benar-benar rencana yang jahat, adi Permana Aji", kata Sanjaya. "Ya kakang", jawab Permana Aji. Mereka sudah berniat dan merencanakan dengan matang untuk memburu kakang, kata Permana Aji.

Lalu, "siapa yang menyuruh gurumu untuk membunuhku?", Tanya Rakyan Sanjaya. "Aku benar-benar tidak tahu Rakyan, siapa yang menyuruh guru untuk membunuh Rakyan Sanjaya", kata Demung. Saya tidak percaya!, kamu pasti bisa bercerita siapa yang menyuruh gurumu.  

"Saya benar-benar tidak tahu Rakyan", Kata Demung dengan memelas. Yang saya ketahui cuma beberapa kali padepokan guru didatangi senopati dari kerajaan Galuh. Tetapi apa yang dibicarakan dan apa keperluannya, saya tidak tahu. Pada suatu kesempatan murid-murid padepokan dikumpulkan oleh guru. "Lalu apa yang yang dikatakan gurumu?", Tanya Rakyan Sanjaya tidak sabar ingin mendengar jawaban Demung.

Guru mengatakan kepada murid-murid semua, bahwa mereka harus membuat kelompok-kelompok untuk memburu Rakyan Sanjaya. Kata guru, Rakyan Sanjaya orang yang berbahaya yang akan mengganggu ketentraman kerajaan Galuh dan tatanan masyarakat yang ada. Dan siapa saja yang berhasil untuk membunuh Rakyan Sanjaya akan mendapatkan hadiah.

Bersambung ke halaman 4

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun