Mohon tunggu...
setyagi agus murwono
setyagi agus murwono Mohon Tunggu... Wiraswasta - maju bersama

laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ken Arok Pembuat Sejarah

20 Juni 2021   11:45 Diperbarui: 20 Juni 2021   11:49 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KEN AROK PEMBUAT SEJARAH

Halaman 18

Melihat lawan-lawannya sudah tidak berdaya segera Mpu Purwa mengajak Anusapati dan Mahesa Wong Ateleng untuk menyusul 2 orang Kediri yang telah mennyebrangi sungai. Setelah sampai diseberang, dengan ketajaman mata dan pengalaman Mpu Purwa, dapat mengetahui ke arah mana 2 orang kediri itu masuk dalam hutan.

Setelah agak masuk kedalam hutan, Mpu Purwa melihat goresan-goresan pisau pada kulit pohon yang besar yang dilewati. Kita ikuti arah pohon yang ada goresan pisau ini. Nampaknya 2 orang kediri itu cukup cerdas untuk meninggalkan jejak pada kita. Anusapati dan Mahesa Wong Ateleng melihat juga goresan pisau pada kulit pohon besar.

Setelah berjalan beberapa lama sampailah Mpu Purwa, Anusapati dan Mahesa Wong Ateleng di sebuah air terjun. Mereka bertiga istirahat di air terjun itu. Mahesa Wong Ateleng langsung membuka bajunya dan menjeburkan diri di kolam dibawah air terjun itu. Tersenyumlah Mpu Purwa dan Anusapaati melihat tingkah laku adiknyayang kegirangan ketemu dengan air yang jernih.

"Kakang, kemarilah ayo kita mandi," teriak Mahesa Wong Ateleng. Paman, aku akan ikut mandi adi Mahesa Wong Ateleng. "Ya..ya..mandilah kalian, nanti aku dimarahi ibumu kalau kalian sampai nggak mandi," kata Mpu Purwa. "Ah..paman ada-ada saja," kata Anusapati.

Belum berapa lama mereka mandi, mereka dikejutkan dengan longsoran tanah yang jatuh dari gerumbul pohon-pohon samping kolam. Kemudian jatuh juga dua orang masuk dalam kolam dibawah air terjun itu. Maaf tuan, bukan kami ingin mengejutkan tuan bertiga, kami benar-benar jatuh setelah tanah yang kami injak ternyata jatuh ke kolam ini.

Tertawalah Anusapati dan Mahesa Wong Ateleng, melihat dua orang Kediri yang telah ditolongnya itu. "Ya sudah, paman-paman mandi sekalian," kata Mahesa Wong Ateleng. Tersenyumlah Patra sama Ranu, sambil malu-malu. Air yang jernih dan segar itu dapat menyegarkan tubuh mereka yang setelah perkelaian itu belum sempat menyentuh air sedikitpun. Mpu Purwa memperhatikan mereka berempat, sambil tersenyum-senyum.

Walau mereka adalah 2 pangeran singosari, ternyata setelah ketemu air yang jernih, mereka kegirangan seperti anak padesan juga, pikir Mpu Purwa. Mereka berdua harus lebih banyak dibawa keluar dari istana, mereka biar dapat merasakan denyut nadi rakyatnya. Mereka nanti kalau telah tiba saatnya harus menggantikan ayahnya, mereka sudah mengenal apa kemauan rakyat yang akan dipimpinnya.

Paman ayo ikut mandi, airnya segar sekali, ajak Mahesa Wong Ateleng pada pamannya Mpu Purwa. Kalian saja yang mandi, saya cukup cuci muka dan membersihkan kaki dan tangan, jawab Mpu Purwa. Sebenarnya Mpu Purwa sedang mengamat-ngamati keadaan di hutan itu. Walau Mpu Purwa yakin prajurit Kediri tidak akan berani mengejar menyebrang ke wilayah Tumapel.

Setelah puas mandi, mereka berlima duduk-duduk dibatuan yang besar di tepi kolam itu. Kisanak berdua, siapa sebenarnya kalian?, tanya Mpu Purwa. Nama saya Patra, tuan dan ini adik saya, namanya Ranu. Kalian akan melakukan perjalanan kemana dan apa masalahnya, sehingga kalian bertengkar dengan prajurit Kediri.

Maka berceritalah Patra dari awal sampai akhir tentang perjalanannya akan mengungsi ke Tumapel untuk mendapatkan bantuan menyelamatkan orang-orang yang ada di pertapaannya. Patra dan Ranu juga tidak lupa mengucapkan terima kasih telah ditolong, sehingga mereka tidak tewas ditangan prajurit Kediri. "Itu sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk saling tolong-menolong, paman!," kata Anusapati.

"Lalu kalau sudah sampai ke Tumapel siapa yang akan kalian cari," tanya Mpu Purwa. Sebenarnya saya dan adik saya, tidak tahu juga harus kemana minta bantuan untuk menyelamatkan guru dan murid-murid dipertapaan. Tetapi guru pernah bercerita bahwa guru mempunyai sahabat di pertapaan panawijen, maka kemungkinannya kami berdua akan kesana, tuan, kata Patra. "Kalau boleh tahu siapa nama sahabat gurumu," tanya Mpu Purwa. Dari cerita guru, sahabatnya itu seorang yang sudah tuntas ilmunya, baik batin maupun lahir. Seorang Mpu yang dulu juga tinggal di wilayah Kediri. "Namanya kalau saya tidak salah Mpu Purwanatha," jawab Patra.

Berlanjut ke Halaman 19

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun