Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Bagaikan 2 Sisi Pisau, Kenakalan dan Prestasi Selalu Menjadi 2 Sisi Remaja yang Berjalan Beriringan

15 Oktober 2017   09:23 Diperbarui: 15 Oktober 2017   10:16 1793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak-anak di zaman milenial ini mungkin akan sibuk dengan gadget, mereka sibuk bermain game atau sekedar memantau sosial medianya dan menjadi makhluk hidup yang anti-sosial. Namun, bukti di lapangan tak seperti itu. Banyak anak remaja yang mengagungkan sebuah gelar bernama "solidaritas". Tak dapat dipungkiri bahwa solidaritas itu sangat baik untuk membangun makhluk hidup yang sosialis. Disamping itu semua, solidaritas juga dapat memberikan pengaruh buruk bagi anak remaja zaman milenial ini. Seperti halnya pisau, solidaritas memiliki sisi tajam atau bisa diibaratkan sisi negatif dan sisi tumpulnya atau bisa diibaratkan sisi positifnya.

Di beberapa daerah seperti Yogyakarta terdapat banyak aksi kenakalan yang didasari oleh prinsip solidaritas. Salah satunya yaitu aksi nglithih yang dilakukan oleh anak-anak SMP dan SMA di Yogyakarta. Mereka melakukan aksi nglithih dengan mengeroyok anak dari sekolah lain dengan menggunakan senjata tajam atau dengan tangan kosong hingga mempertaruhkan nyawa korban.

Aksi nglitih yang pernah menggemparkan Yogyakarta terjadi beberapa tahun yang lalu tepatnya di daerah Sleman sekitar tahun 2015. Puluhan siswa salah satu SMA di Sleman mengeroyok siswa dari sekolah lain di sebuah sawah sampai korban ditemukan oleh petani dalam keadaan kritis.

Aksi klithih ini biasanya didasari oleh pembalasan dendam. Jika dilihat dari salah satu kasus, diduga pada zaman dahulu atau kakak tingkatnya pernah menjadi korban klithih sehingga adik tingkatnya harus membalaskan dendam turun temurun tersebut. Bisa jadi juga pelaku klithih adalah mantan korban klithih yang pernah nyaris terenggut nyawanya hingga timbul rasa sakit hati dan keinginan membalas dendam. Jika praktik balas dendam ini tak dapat dihentikan maka tren nglithih ini akan terus lahir dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

Aksi nglithih ini tidak hanya merugikan korban tetapi nama baik sekolah dari para tersangka juga. Selain itu, lingkungan sekitar sekolah tersangka pun menjadi tidak tenang. Pernah saat terjadi kejadian klithih di salah satu SMA yang menyeret korban jiwa, SMA tempat sekolah para tersangka dijaga ketat oleh pihak kepolisisan, seluruh siswa tidak diperkenankan menggunakan lambang SMA di baju seragamnya atau di atribut yang dikenakannya. Keadaan yang mencekam pun semakin mencapai puncaknya ketika para gerombolan siswa dari SMA korban melempari SMA tersangka dengan batu kerikil. Hal ini membuktikan bahwa aksi klithih ini akan merugikan banyak pihak jika tidak ditangani secara serius.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Gelar sebagai kota pelajar yang disandang Yogyakarta kini mulai ternoda dengan serangkaian tindakan tak terpuji yang dilakukan remaja dan pelajar. Contoh lainnya adalah aksi geng Hello Kitty, mereka menyekap dan menyiksa bahkan melecehkan temannya. Ironisnya, tindak kekerasan itu dilakukan karena masalah sepele, yakni hanya gara-gara tato bergambar tokoh kartun Hello Kitty. Lebih memprihatinkan lagi, diketahui bahwa anggota geng tersebut adalah sekelompok siswi pelajar SMA.

Hal ini membuktikan bahwa kriminalitas tak hanya dapat terjadi di luar sekolah. Namun, dapat pula timbul dari lingkungan sekolah itu sendiri. Sepertinya, tren bullying senior kepada junior menjadi salah satu penyebab munculnya geng-geng di sekolah-sekolah. Hal ini terjadi secara turun temurun dan menjadi momok menakutkan bagi para siswa baru. Telah banyak kasus seperti ini di Yogyakarta tetapi ibarat tiada henti kasus kriminalitas seperti ini selalu muncul dari tahun ke tahun.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Aksi anak remaja Yogyakarta yang tak kalah membuat hati miris adalah aksi tawuran antar kelompok suporter sepak bola. Seperti yang terjadi pada tahun 2016 lalu, seorang remaja meregang nyawa dengan luka bacokan akibat dikeroyok oleh salah satu kelompok suporter bola, tepatnya di daerah Sleman. Tak hanya itu, mereka pun melempari bus yang membawa rombongan suporter dari tim lawan mereka hingga kaca bus pecah dan melukai penumpang di dalamnya.

Banyak alasan yang mendasari aksi ini, biasanya hanya karena salah satu tim sepak bola kebanggaannya kalah dalam pertandingan. Mereka para suporter yang kebanyakan masih remaja tak segan mengotori tangan mereka demi membela tim kebanggaan mereka. Lagi-lagi aksi ini didasari oleh rasa solidaritas. Jika mereka tak melakukan aksi kekerasan, mereka akan dianggap tak mendukung tim kebanggan mereka.

Dari pemaparan yang telah dibahas di atas, terlihat dengan sangat jelas jika aksi kriminalitas remaja di Yogyakarta sangat memprihatinkan dan mengerikan. Fenomena ini ibarat bom waktu yang bisa meledak kapan saja sehingga pencegahan sejak dini harus diterapkan dari lingkungan keluarga dan sekolah. Pimpinan sekolah harus menjadi garda terdepan untuk menjaga perdamaian antar sekolah dan inter sekolah. Artinya baik kepala sekolah, guru hingga ketua OSIS harus berani membuat kesepakatan damai apabila para siswanya terindikasi ada permusuhan dengan sekolah lain atau dengan siswa dalam sekolahnya sendiri.

Para alumni pun dapat memberikan arahan kepada para adik tingkatnya agar tidak menjadi remaja yang anarkis dan melakukan tindak kriminalitas. Selain itu, pihak kepolisian pun seharusnya melakukan pencegahan untuk meminimalisir terjadinya kriminalitas remaja. Kepolisian dapat melakukan sosialisasi di sekolah-sekolah tentang bahaya, dampak, dan hukuman jika melakukan aksi kriminalitas remaja.

Maraknya tindak kenakalan remaja di Yogyakarta memang menjadi kekhawatiran tersendiri. Namun, dibalik kriminalitas yang merajalela terdapat banyak prestasi yang dapat diraih sejumlah anak muda di Yogyakarta.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Sebagai contoh, salah satu finalis sebuah ajang pencarian bakat pada stasiun televisi swasta, Bening Ayu. Dalam ajang bertajuk Rising Star, Bening Ayu yang berusia 19 tahun asal Sriharjo, Imogiri, Bantul berhasil melangkah ke delapan besar di panggung Rising Star. Prestasi Bening Ayu ini dapat menjadi inspirasi para remaja Yogyakarta untuk mengasah bakatnya agar menjadi sebuah prestasi. Sehingga aksi tawuran dan klitih dan beberapa kasus dilakukan oleh pelajar dapat terminimalisir jika remajanya sibuk mengembangkan potensi yang dimiliki.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Selain itu, bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun 2016 terdapat prestasi membanggakan lainnya, yakni kontingen atlet basket akan mewakili Yogyakarta dalam Kejuaraan Nasional (Kejurnas) bla basket kelompok umur 16 tahun. Selain itu, mereka juga akan dipersiapkan mengikuti Pekan Olahraga nasional (PON) Remaja 2017 di Jawa Tengah. Atlet ini merupakan hasil seleksi dari seluruh daerah di Yogyakarta. Prestasi para atlet ini harusnya menyadarkan para remaja bahwa mereka harus bersaing untuk hal positif yang akan membangun bakat yang mereka miliki, bukan bersaing dalam hal negatif yang akan merugikan mereka sendiri.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Banyak prestasi yang ditorehkan oleh remaja Yogyakarta. Selain yang telah terpapar di atas, ada juga Shofi Fatihatun Sholihah, dara berusia 22 tahun kelahiran Bantul yang sudah meraih banyak prestasi di usia muda untuk bidang penelitian. Beberapa prestasi yang pernah ia torehkan, di antaranya mendapatkan medali perak untuk Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia bidang sosial humaniora tahun 2011, juara 3 menulis artikel festival ekonomi kreatif, Kementerian Perdagangan tahun 2011, calon utama perwakilan DIY untuk program ASEAN Students Visit to India 2016 dan masih banyak lagi. Hal ini berawal dari hobi masa kecilnya yaitu menulis karangan, yang akhirnya ia tekuni hingga tergabung dalam Kajian Ilmiah Remaja (KIR) dan mengikuti berbagai kompetisi menulis ilmiah yang diselenggarakan oleh berbagai pihak.

Jika remaja disibukkan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya seperti yang dilakukan oleh Shofi, tentu saja hal ini akan berdampak positif bagi dirinya sendiri dan lingkungannya. Tak akan ada lagi pemikiran-pemikiran ke arah kriminalitas. Jika potensi remaja di Yogyakarta dikembangkan pastinya potensi tersebut akan menorehkan sebuah prestasi yang membanggakan. Apalagi jika prestasi tersebut dapat bermanfaat untuk orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun