Mohon tunggu...
Setya Dewi
Setya Dewi Mohon Tunggu... Freelancer - Nulis itu Fashion gue..

Nulis itu Fashion gue..

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Media Internet yang Mulai Menjadi Makanan Pokok

23 Agustus 2019   15:25 Diperbarui: 23 Agustus 2019   15:48 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Digital sudah menggantikan kebutuhan pokok

Nasi adalah makanan pokok orang Indonesia. Tanpa nasi seperti tidak makan katanya. Tetap lapar.

Begitu pun ketika makan mi. Nasi wajib ikut dalam hidangan instan itu.

Kandungan karbohidratnya seolah beradu menjadi tenaga super ekstra untuk sel-sel tubuh.

Bayangkan, 100 gram nasi mengandung 175 kilokalori. Itu hanya nasi.

Dalam jumlah yang sama mi bahkan bisa menyumbang kalori yang lebih besar. Tapi keduanya masih sama-sama nikmat untuk disantap.

Lain kebutuhan pokok perut, lain pula kebutuhan eksistensi sehari-hari. Internet jadi hidangan yang paling banyak diminati.

Hidangan wajib yang sedang naik daun. Dimana ada tempat makan, disana ada internet tersaji.

Menarik memang. Siapa yang tidak tergoda untuk datang?

Bukan karena makanannya, tapi karena internet yang ditawarkan secara cuma-cuma.

Duduk santai. Sambungkan koneksi. Menyeruput segelas kopi. Nikmati film penuh aksi. Kehadirannya bukan lagi sebagai wadah informasi. Tapi penyedia aplikasi.

Jujur saja, siapa yang tidak terbantu dengan keberadaan internet hari ini?

Hampir keseharian kita melibatkan bantuan internet. Dalam sehari bahkan saya bisa menggunakan banyak aplikasi internet. Sosial media.

Aplikasi travel. Layanan streaming. Penyedia jasa ojek online. Informasi dan hiburan.

Jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai angka 150 juta pengguna. Itu data dari Hoootsuite yang dikeluarkan Januari 2019.

Ini membuktikan bahwa kita sudah berada di era digital. Delapan dari 10 anak di Indonesia lebih memilih akses internet daripada televisi.

Itu baru data Studi dari media digital, TotallyAwesome.

Data Hootsuite, rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu 2 jam 52 menit untuk menonton TV dari layanan streaming. Broadcast. Dan video.

Heran? Tidak perlu. Karena faktanya, digital menjadi pakaian wajib untuk mereka gunakan.

Komunikasi pun bahkan lebih menarik melalui aplikasi ketimbang bertatap muka. Gratis.

Tak terhalang jarak dan waktu. Jangan heran jika media hiburan seperti televisi, radio, tabloid, dan koran mulai ditinggalkan.

Bak seekor cheetah yang sedang mengejar mangsanya. Media harus segera berpaling dari konvensional ke digital.

Bisa ditebak jika mereka tetap berada di zona nyaman saat ini. Tertinggal. Tidak dinikmati. Terlupakan.

Kuncinya, ikuti perubahan zaman. Belajar jadi anak 'jaman now'. Berubah ke arah digital.

Jika saya lihat, banyak perusahaan media yang mulai mengikuti irama perubahan teknologi. Muncul layanan OTT atau Over The Top.

Ini adalah layanan konten data. Informasi. Multimedia. Memanfaatkan jaringan internet. Streaming dari aplikasi tertentu. Dan mulai digagas oleh SCMA dan MNCN.

MNCN yang paling cepat melihat peluang emas. HOOQ . Iflix. Viu. Dan Catchplay.

Jadi investasi terbesar MNCN menggaet massa. SCMA sedikit ketinggalan. Baru memiliki Vidio.com. Kalau bicara soal penghasilan pendapatan media digital.

Pasti MNC pemenangnya. Pendapatan iklan MNCN meningkat pesat. Terbang tinggi hingga 318,9% menjadi Rp325,2 miliar.

Jauh dari tahuh lalu yang cuma menyentuh di dua digit, RpRp77,6 miliar. SCMA mencatat kontribusi Rp 1,47 triliun.

Itu catatan di kinerja kuartal I/2019. Dan pendapatan lain-lain Rp 76,59 miliar. Pengaruh perkembangan digital memang luar biasa.

Saham pun bisa meledak dibuatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun