Mohon tunggu...
Defit Setya
Defit Setya Mohon Tunggu... Freelancer - Student, Free Mom

Seorang musafir dari Desa menimba Ilmu ke Kota menjadi seorang Mahasiswa (ITS). Seperti padi, semakin ia berisi maka semakin ia merundukkan diri, pertanda kerendahan hati.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kiasan yang Menyakitkan

1 April 2016   20:46 Diperbarui: 1 April 2016   20:50 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bertengger pada satu bahasa
 Terkias dalam bait-bait indah namun menyakitkan
 Mungkin untukmu itu hal biasa
 Niatan memanja dan menyanjungkan

 Berbanding terbalik dengan rasa dijelaga
 Sendu bak sembilu mulai menyayati
 Bak bilahan pisau yang tajam dengan kilau cahayanya
 Seolah menghunus rasa itu dan kembali

 Menyibak aroma temaram senja
 Lingkup dihatinya sungguhlah durja
 Menahan kesakitan yang tiada tara
 Kata tergores tanpa ia sengaja

 Dan kau tiada satu detikpun menyadarinya
 Bahwa luka akan membentuk bekas
 Membekas sampai entah ia bersemayam didalamnya
 Luka, mengapa kau begitu buas

 Melucuti kedalaman hati
 Mencabik-cabik hingga membentuk angkara
 Tanpa kau rasa sekali lagi
 kias rayumu hanyalah membuat luka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun