Mohon tunggu...
Prasetyo Dharsono
Prasetyo Dharsono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Setya Merajut Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tiada Lagi yang Berani Berkorban

8 Januari 2014   22:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:00 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika saya melihat diberbagai televisi nasional, banyak sekali para capress memoles cover pribadinya dengan sedemikan eloknya, mengumbar slogan slogan kepartainya dan mengumbar berbagai janji janji. Ketika saya melangkahkan kaki kejalan raya banyak sekali wajah wajah para calon pemimpin  nampang dengan gaya pribadinya yang dipoles dengan bergam kata kata termanis bak permen karet yang setiap orang membacanya bakal akan nempel untuk ikut dengannya...

Dalam benakku aku berkefikiran, kenapa mereka saling berlomba, saling menyindir, saling menyikut hanya untuk jabatan dan kedudukan. Apakah setelah mereka terpilih mereka dapat merubah dari keburukan menjadi kebaikan, jika bisa kita patut bersyukur tapi jika lebih parah, berarti memang dari awalnya mereka adalah orang - orang yang serakah, ..

Dalam benakku mereka hanyalah orang - orang yang ingin dan haus dengan kepuasan dunia, jabatan dan kekuasaan yang mereka incar akan didapat dengan berbagai cara hingga cara cara yang dilarang hukum dan agama,

Demi jabatan itu atau kedudukan itu mereka rela mengorbankan begitu banyak harta dan tenaganya. Saya rasa jika mereka rela mengorbankan banyak harta dan tenaga, bukan tidak mungkin jika mereka terpilih, maka mereka akan ingin meraih kembali harta yang mereka kucurkan, bahkan mereka ingin lebih.

Calon Pemimpin adalah seorang yang dipilih, ditunjuk, yang dianggap mampu untuk menanggung beban, keluh kesah dan segala macam problema, bukan orang yang terang terangan mencalonkan.

Calon Pemimpin adalah orang yang rela berkorban baik harta maupun tenaga untuk kepentingan rakyat dan masyarakat banyak demi menjalani kelangsungan hidup, Bukan rela berkorban untuk kelangsungan hidupnya pribadi.

Calon Pemimpin adalah orang yang telah dipercayai rakyatnya, baik tingkah laku, budi pekerti, kepiawaiannya dalam berbagai medan dan setiap orang mengenal pribadinya dari kota sampai pelosok pelosok dan bukan Ia yang selalu prihatin dan prihatin.

Saya berkepikiran bahwa, tidak ada lagi calon pemimpin kita jika mereka benar benar mempunyai harta yang melimpah, kenapa mereka tidak mengorbankan hartanya untuk berbagai dengan masyarakat atau rakyat miskin yang masih banyak di pelosok negeri ini, Jika harta mereka digabungkan di setiap bulannya untuk pembangunan rumah dan sarana kerja bagi masyarakat miskin, saya yakin 5 tahun atau lebih, maka di Indonesia tidak ada lagi rakyat miskin dan kumuh, dan saya yakin, mereka akan ditunjuk rakyat tanpa mereka mencalonkan diri. Sayangnya mereka hanya rela berkorban untuk kursi dan perutnya sendiri.

Saya kemudian bertanya.., sebenarnya dimana sifat kegotong royongan Bangsa Ini..?

sifat kegotong royongan yang sebernarnya seperti pelari estafet saling menyambung, yang artinya jika masih ada yang miskin atau kurang mampu maka yang kaya wajib membantu untuk menjadikan simiskin tadi mampu agar sama sama layak dalam berkehidupan.

Saya masih bertanya..., sebenarnya dimana sifat persatuan dan kesatuan Bangsa Ini ..?

Bukankan persatuan dan kesatuan adalah tidak ada sindiran dari berbagai pihak, tidak ada pertikaian, saling menasehati jika ada yang salah, dan kenapa masih ada bentrok sana sini diantara partai, suku, dan agama, bahkan anak sekolah aja saling serang dengan sekolah lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun