Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Diskriminasi Usia di Dunia Kerja Perlu Dilawan

21 Agustus 2024   07:30 Diperbarui: 21 Agustus 2024   14:50 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya benci diskriminasi usia di dunia kerja. Betul-betul memberi batasan kepada para pekerja, pencari kerja, atau yang sedang membutuhkan pekerjaan, hanya berdasarkan prasangka.

Karena diskriminasi usia, para pencari kerja dipaksa pesimis sejak awal saat melihat info lowongan pekerjaan, bahkan sebelum mereka berusaha sedikit pun.

Makin ke sini, bahkan syarat usia maksimal kebanyakan info lowongan pekerjaan semakin nggak masuk akal, antara 25-27 tahun. Lucu betul.

Katanya, malas rekrut Gen Z karena beragam alasan. Tapi, kok, perusahaan mematok batas usia yang, ah, sudahlah. Mungkin mereka ini khilaf berkali-kali.

Bukan tanpa alasan saya membenci diskriminasi usia di dunia kerja. Sebab, saya sadar, meski bekerja sebagai rekruter yang bisa memasang iklan lowongan kerja dan melalukan seleksi karyawan, di waktu bersamaan, saya tetap pekerja.

Selayaknya pekerja pada umumnya, di situasi dan kondisi dunia kerja yang sedang tidak menentu seperti sekarang ini, ada waktu di mana saya punya keinginan pindah kantor karena berbagai alasan. Mungkin juga diberhentikan.

Itulah kenapa, ada kalanya saya mulai merasa was-was tipis-tipis. Mengingat usia saya yang kini 30 tahunan, jika diskriminasi usia dibiarkan tanpa perlawanan, saya, tentu juga rekan pekerja lain, bisa menjadi korban atas persoalan yang bajingan ini.

Ujung-ujungnya, kita-kita juga yang harus memikirkan solusi. Padahal, akan lebih mudah, atau setidaknya bisa diatur dan teratur, jika ada regulasi yang jelas dari regulator soal ini.

Lantaran aturan mengenai regulasi batas usia maksimal pada info lowongan kerja masih belum jelas, saking resahnya, saya sampai memikirkan siasat: bagaimana cara agar para pekerja, termasuk saya, bisa melawan diskriminasi usia sebaik-baiknya. Utamanya, saat mencari pekerjaan.

Saya memikirkan empat hal yang setidaknya dapat dilakukan oleh para pencari kerja atau pekerja aktif, untuk merespons dengan baik, ada pergerakan yang setidaknya dilakukan, dalam menghadapi diskriminasi usia di dunia kerja yang, sepertinya masih sangat lama dibenahi secara serius.

Pertama, temukan iklan lowongan kerja yang tidak mencantumkan batas usia maksimal

Saat saya cek secara sembarang di media sosial maupun beberapa job portal, tidak bisa dimungkiri, memang masih ada perusahaan yang mencantumkan batas usia maksimal pada iklan lowongan kerja yang ditayangkan. Tapi, sebagian perusahaan lain pun cukup banyak yang tidak lagi melalukan itu.

Artinya, bagi pencari kerja yang was-was akan batas usia maksimal, bisa coba kirim lamaran untuk posisi yang dimaksud. Syukur jika persyaratan dari segi kemampuan sesuai. Kalaupun tidak, cek kembali apakah ada syarat fresh graduate atau kelompok switch career bisa melamar atau tidak. Jika iya, ada peluang untuk learning by doing.

Kedua, terbuka untuk berbagai kesempatan dan peluang baru

Poin ini menjadi lanjutan dari poin pertama. Saat ini, selain ngejar passion, tidak ada salahnya terbuka untuk kesempatan baru.

Bisa dilakukan dengan cara perlahan memaksimalkan hobi atau kerjaan sampingan, mencoba kemampuan baru, dan hal lain yang masih relevan (bisa juga tidak) dengan pekerjaan saat ini. Jadi, saat bertekad mau switch career, nggak kagok-kagok amat.

Apalagi jika iklan lowongan kerja yang diincar, mau dicoba, pas betul dengan kemampuan lain yang dikuasai. Setidaknya bisa nice try dan tidak hopeless saat mencoba apply. Poin pentingnya, take a chance, make a change, kawan.

Ketiga, memperluas dan/atau menjaga relasi pertemanan

Sulit disangkal bahwa relasi, merupakan bagian dari privilege. Tapi, tidak ada salahnya untuk coba memperluas atau paling tidak menjaga relasi yang ada.

Mungkin banyak yang belum memaksimalkan, belum menyadari, atau belum tahu, bahwa info lowongan kerja sering kali datang melalui relasi dan nggak melulu sebagai HRD.

Sebab, dibanyak kantor ada yang sistem penyebaran info lowongan kerjanya melalui referal/rekomendasi, dari broadcast ke broadcast di grup chat. Beberapa di antaranya, tidak melihat usia. Yang penting mau bekerja, mau belajar.

Soal kemampuan bisa diasah. Terpenting, kita bisa memaksimalkan peluang yang datang lebih dulu.

Saya pikir, ini sesuatu yang perlu dijaga sejak dini. Biar bisa menjadi tambahan opsi.

Keempat, berdoa agar regulator serius menangani diskriminasi usia di dunia kerja

Apalagi yang bisa kita lakukan, setelah berusaha? Ya, betul. Berdoa. Pada akhirnya, ketika kita mulai menyerah dan pasrah karena situasi dan kondisi yang tak kunjung membaik, setidaknya, kita sudah berusaha dan berdoa sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun