Pertama, temukan iklan lowongan kerja yang tidak mencantumkan batas usia maksimal
Saat saya cek secara sembarang di media sosial maupun beberapa job portal, tidak bisa dimungkiri, memang masih ada perusahaan yang mencantumkan batas usia maksimal pada iklan lowongan kerja yang ditayangkan. Tapi, sebagian perusahaan lain pun cukup banyak yang tidak lagi melalukan itu.
Artinya, bagi pencari kerja yang was-was akan batas usia maksimal, bisa coba kirim lamaran untuk posisi yang dimaksud. Syukur jika persyaratan dari segi kemampuan sesuai. Kalaupun tidak, cek kembali apakah ada syarat fresh graduate atau kelompok switch career bisa melamar atau tidak. Jika iya, ada peluang untuk learning by doing.
Kedua, terbuka untuk berbagai kesempatan dan peluang baru
Poin ini menjadi lanjutan dari poin pertama. Saat ini, selain ngejar passion, tidak ada salahnya terbuka untuk kesempatan baru.
Bisa dilakukan dengan cara perlahan memaksimalkan hobi atau kerjaan sampingan, mencoba kemampuan baru, dan hal lain yang masih relevan (bisa juga tidak) dengan pekerjaan saat ini. Jadi, saat bertekad mau switch career, nggak kagok-kagok amat.
Apalagi jika iklan lowongan kerja yang diincar, mau dicoba, pas betul dengan kemampuan lain yang dikuasai. Setidaknya bisa nice try dan tidak hopeless saat mencoba apply. Poin pentingnya, take a chance, make a change, kawan.
Ketiga, memperluas dan/atau menjaga relasi pertemanan
Sulit disangkal bahwa relasi, merupakan bagian dari privilege. Tapi, tidak ada salahnya untuk coba memperluas atau paling tidak menjaga relasi yang ada.
Mungkin banyak yang belum memaksimalkan, belum menyadari, atau belum tahu, bahwa info lowongan kerja sering kali datang melalui relasi dan nggak melulu sebagai HRD.
Sebab, dibanyak kantor ada yang sistem penyebaran info lowongan kerjanya melalui referal/rekomendasi, dari broadcast ke broadcast di grup chat. Beberapa di antaranya, tidak melihat usia. Yang penting mau bekerja, mau belajar.