Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Counter Offer, Sebuah Usaha dari Perusahaan agar Karyawan Tetap Bertahan

28 Maret 2022   17:00 Diperbarui: 29 Maret 2022   13:30 2060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kesepakatan antara HRD dan Karyawan/Unsplash.com

Bicara soal resign, saya cukup yakin, ada masa di mana sebagian karyawan merasa ragu untuk benar-benar meninggalkan perusahaan dan pekerjaan yang sedang digeluti, meski sudah mendapatkan penawaran dari perusahaan lain---meski sudah diinfokan benefit apa saja yang akan diterima.

Pertanyaan mendasar seperti, "Di tempat kerja baru, akan lebih baik nggak, ya?" atau "Di sana lingkungan kerjanya gimana, ya?" terkadang menjadi mental block yang menyebalkan. Belum lagi counter offer yang dilakukan oleh atasan atau perusahaan, agar kita tetap bertahan.

Bagi yang belum familiar, sederhananya, counter offer adalah suatu usaha atau cara yang dilakukan oleh perusahaan saat mengetahui ada karyawan yang pengin atau mengajukan resign dan pindah ke perusahaan lain, untuk membuatnya bertahan atau mengurungkan niat resign tersebut.

Melalui counter offer, cara dan usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk menahan karyawannya yang punya niatan resign cukup beragam. Ada dua yang cukup umum dilakukan, antara lain: promosi jabatan atau memberikan kenaikan gaji. 

Asumsinya, dengan menerima kenaikan gaji dan/atau promosi jabatan di perusahaan saat ini, karyawan akan bertahan dengan pertimbangan: buat apa pindah kalau di tempat sekarang pun dapat gaji yang sama? Plus, nggak perlu adaptasi lagi dengan lingkungan kerja baru.

Selain itu, ada beberapa faktor kenapa counter offer sampai harus dilakukan oleh perusahaan. Pertama, perusahaan nggak pengin karyawan terbaik yang punya peranan penting pergi begitu saja---apalagi ke kompetitor. 

Kedua, perusahaan menyadari, mencari pengganti untuk posisi tersebut cukup sulit. Kalaupun bisa, butuh waktu dan seleksi yang cukup lama sampai mendapatkan penggantinya.

Pertanyaannya, apakah counter offer terbilang efektif menahan para karyawan untuk tidak meninggalkan perusahaan di waktu mendatang?

Jawabannya, bisa iya, bisa juga tidak. Kendati jawaban ini terkesan diplomatis, realitasnya memang demikian. Dalam beberapa kasus, counter offer hanya bisa menahan karyawan---yang punya niatan resign---untuk menetap sementara waktu saja atau dalam kurun waktu tertentu. 

Ujung-ujungnya, ya akan resign pada waktunya jika ada penawaran yang lebih dari tempat lain dan sesuai keinginan. Manusiawi, sih.

FYI, counter offer juga punya efek laten yang ngeri-ngeri sedap. Salah satu yang paling nyata adalah, jika karyawan lain mengetahui ada rekan kerja yang gaji atau jabatannya naik melalui proses counter offer, cara yang sama akan dilakukan untuk mendapatkan kenaikan gaji atau promosi jabatan. 

Tentu saja langkah ini nggak bisa dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan. Sebab, berpotensi menghasilkan kecemburuan dan gesekan yang cukup besar antar karyawan.

Lantas, di posisi sebagai karyawan, bagaimana kita harus bersikap jika mendapat counter offer dari perusahaan---dengan nominal gaji yang sama, mungkin juga lebih atau diberi promosi jabatan?

Saran saya, minta waktu untuk memikirkan hal tersebut. Pikirkan kembali tujuan awal resign, apa yang pengin kalian capai sebagai karyawan. Kemudian, bagaimana pengembangan karir-diri-dan benefit di perusahaan saat ini. 

Pikirkan juga, dengan kenaikan gaji dan/atau benefit di kantor sekarang, beban kerjanya seperti apa. Perihal ini, ada baiknya diskusikan terlebih dahulu dengan atasan. Sederhananya, kenaikan gaji nggak akan diberikan begitu saja secara cuma-cuma. Meski dalam rangka counter offer.

Agar lebih berimbang, lakukan juga riset kecil-kecilan terhadap perusahaan yang sudah memberi kalian offering. 

Jangan hanya tergiur soal kenaikan gaji yang signifikan atau jabatan baru yang ditawarkan. Namun, pertimbangkan juga gambaran lingkungan kerja di tempat baru, bagaimana kesempatan untuk mendapatkan ilmu-improvement-dan struktur organisasi yang lebih baik. 

Terpenting, apakah cocok untuk berkarir dalam jangka panjang? Punya prospek yang sesuai harapan atau lagi-lagi hanya untuk singgahan sementara?

Dalam hal ini, lagi-lagi membaca secara detail isi kontrak kerja bisa menjadi salah satu penentu. Jangan tergiur hanya karena kenaikan gaji semata. 

Jangan sampai gaji sudah naik, benefit sudah sesuai harapan, nyatanya ada kemungkinan dipekerjakan untuk project singkat saja. Kecuali, kalian sudah punya hitung-hitungan atau visi tersendiri dalam mengantisipasi hal tersebut, tentu menjadi persoalan lain.

Jadi, kalau kalian mau resign dan dapat counter offer dari perusahaan saat ini, mau diterima atau nggak nih, Sob?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun