Pada akhirnya, rencana tradisi munggahan kali ini hanya akan dilangsungkan oleh keluarga inti saja, tanpa kehadiran anggota keluarga lain dari luar kota, karena harus menjaga jarak dan mematuhi protokol kesehatan---sebagaimana anjuran yang disosialisasikan oleh pemerintah. Meski pada akhirnya, tetap saja ada yang ingkar dengan hal tersebut.
Munggahan kali ini, meski tidak akan dimeriahkan oleh kehadiran sanak saudara, Ibu tetap berencana membikin menu masakan seperti biasanya. Ada opor ayam, rendang daging, kentang balado, juga bihun goreng.
Sederhana saja, Ibu hanya ingin melakukan tradisi yang, sudah dilakukan secara rutin dari tahun ke tahun. Kalaupun ternyata berlebih, toh pada akhirnya bisa dibagikan kepada tetangga terdekat. Agar bisa dinikmati bersama dan merasakan kebahagiaan serupa.
Soal komunikasi dengan anggota keluarga, sanak saudara, juga kerabat terdekat, sepenglihatan saya, Ibu sudah semakin mahir menggunakan aplikasi yang memiliki fitur video call. WhatsApp, misalnya.
Boleh jadi, pandemi sudah merenggut kebersamaan kita semua. Banyak hal harus dibatasi dengan segala peraturan yang, bahkan tidak familiar dan mau tidak mau, suka atau tidak, harus dituruti.
Namun, pada akhirnya, Ibu tetap pada rencananya, mempertahankan tradisi munggahan, sesuatu yang dipahami sebagai hal yang baik, khususnya dalam menyambut bulan Ramadhan.
Sehat selalu, Ibu. Semoga pandemi cepat berlalu. Agar tradisi munggahan yang selalu ditunggu, bisa dilakukan seperti sedia kala, sebagaimana mestinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H