Sampai dengan saat ini, saya selalu bertanya-tanya dan penasaran, apakah ada seseorang yang sampai hati paling dalam, bisa membenci band seperti Sheila on 7 yang, disadari atau tidak, begitu mudah dicintai dan dikagumi oleh khalayak, seperti pada penggalan lirik Pemuja Rahasia?
“…mungkin kau takkan pernah tahu, betapa mudahnya kau untuk dikagumi… mungkin kau takkan pernah sadar, betapa mudahnya kau untuk dicintai…”
Bagi saya, mungkin juga kebanyakan orang dengan segala perbedaan usia kami, Sheila on 7 adalah legenda hidup dalam dunia musik Indonesia.
Tidak bisa tidak, Sheila on 7 juga menjadi salah satu band yang menemani saya sejak masa anak-anak, remaja awal dan akhir, memasuki usia dewasa awal, bahkan hingga sekarang.
Hampir semua lagunya selalu menemani saya dengan beragam kegiatan yang dilakukan. Saat belajar, membaca, bekerja, nongkrong bersama teman, juga selama diperjalanan.
Saya nggak peduli dengan sebagian orang yang berkomentar, “Masih aja dengerin Sheila on 7? Nggak bosan apa?”
Bagi saya, semua lagu Sheila on 7 nggak ada matinya dan nggak pernah membikin saya bosan. Bahkan, banyak lagunya yang terbilang cukup relate dengan apa pun yang sedang saya rasakan. Utamanya soal hubungan asmara.
Sebut saja beberapa judul lagu yang hits pada masanya—mungkin hingga sekarang—seperti JAP (Jadikanlah Aku Pacarmu), Seberapa Pantas, Kita, Bila Kau Tak Disampingku, Kisah Klasik, dan masih banyak lagi.
Semua liriknya betul-betul “ngena” dan bisa dinikmati oleh banyak orang. Semua kalangan, lintas generasi.
Kali pertama saya mendengar lagu Sheila on 7 adalah sewaktu SD. Tepatnya lagu JAP, yang pada masanya, video klipnya sering kali diputar di acara MTV Ampuh.
Saya yang memang sejak kecil tertarik dengan musik, tidak berpikir dua kali untuk menabung dan membeli album Sheila on 7 dalam format kaset.
Pada waktu yang bersamaan, saudara sepupu saya pun memiliki ketertarikan serupa dengan Sheila on 7. Sehingga, kami selalu mendengarkan bersama-sama saat bertandang ke rumah masing-masing.
Saat berulangtahun pada kelas 2 SMP, saya diberi hadiah walkman oleh Bapak. Setelahnya, tentu saja walkman ini selalu menemani saya ketika ingin mendengarkan lagu-lagu Sheila on 7 selama di perjalanan menuju sekolah, saat belajar di rumah, atau di waktu istirahat.
Boleh dibilang, pada masanya, antara walkman, kumpulan kaset Sheila on 7, dan saya, betul-betul sulit dipisahkan. Sampai akhirnya memasuki era disrupsi dalam mendengarkan musik, formatnya berubah ke dalam bentuk digital. Nggak perlu membawa baterai cadangan juga sejenis stik untuk sekadar mempercepat rewind atau fast forward, saat ingin mendengarkan judul lagu tertentu.
Dari tahun 2000-an sampai dengan saat ini, lagu-lagu Sheila on 7 masih selalu menemani hari-hari saya. Sensasi yang saya rasakan pada saat mendengarkan semua lagunya pun tidak berubah, selalu menyenangkan dan fun. Tidak sedikit pula yang menenangkan.
Dalam format digital, tentu saja lagu-lagu Sheila on 7 mudah ditemui di platform mana pun. Spotify dan YouTube hanya dua diantaranya.
Untuk melepas rindu, tentu saja saya biasa menikmati banyak lagunya melalui YouTube. Bisa berupa video klip maupun konser yang, tentu saja selalu atraktif.
Gaya sekaligus persona Duta yang enerjik saat bernyanyi, bagaimana menariknya Eross dalam memainkan gitar, kalemnya Adam ketika bermain bass, dan semangat Brian sewaktu menggebuk drum, menjadi hal yang selalu dinanti para penggemarnya secara langsung saat konser, maupun melalui layar kaca.
Meski sudah berkarya selama sekira seperempat abad, Sheila on 7 terbilang awet dan tidak sering gonta-ganti pesonel.
Sampai dengan saat ini, terhitung baru dua kali. Pertama, pergantian drummer dari Anton ke Brian. Kedua, keluarnya Sakti sebagai gitaris. Setelahnya pun, karya yang dihasilkan tetap menarik dan tetap menghibur para fansnya.
Hal lain yang saya rindukan saat mendengarkan lagu Sheila on 7 dalam format kaset adalah, mendengarkannya sambil membaca lirik yang tersedia pada cover kaset. Semacam ada sensasi menyenangkan yang sulit dilupakan dan menjadi nostalgia tersendiri, di usia dewasa ini.
Sebelum saya menutup tulisan ini, izinkan saya untuk berterima kasih kepada Sheila on 7, karena sudah banyak menciptakan banyak lagu yang menyenangkan, berkesan bagi para pendengarnya, dan keseruan lainnya dari masa anak-anak hingga dewasa ini. Panjang umur, Sheila on 7.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H