Kedua, harus dipikirkan lagi. Bagaimana dampak proses kredit terhadap kondisi keuangan kita. Jika semua-muanya dikredit dengan dalih agar kebutuhan terpenuhi, yang ada cicilan bisa jebol. Jangan sampai hanya karena pengin punya ini-itu, lantas kredit ini-itu, motivasi kerja jadi bergeser hanya untuk bayar cicilan. Nanti bisa-bisa malah kehilangan kesempatan menyisihkan uang untuk menabung.
Untuk menjawab keresahan tersebut, akhirnya saya coba bertanya kepada beberapa rekan yang memang sudah lama menggunakan kartu kredit, bagaimana cara mengelolanya, lalu menanyakan pendapat mereka tentang betul atau tidaknya cicilan bisa memberi motivasi tambahan dalam bekerja.
Begini. Menurut mereka, nggak ada salahnya punya kartu kredit atau cicilan selama transaksinya dikontrol. Dimanage dengan baik. Jangan mentang-mentang tinggal gesek, malah jadi pengin beli dan punya segalanya.Â
Soal prioritas, dengan punya kartu kredit, justru kita dituntut untuk bertransaksi secara bijak dan tetap buat perhitungan, kira-kira berapa biaya bulanan yang harus dikeluarkan sebagai angsuran.
Gaji yang diterima jangan sampai defisit. Lanjut rekan saya, sebaiknya kita nyicil untuk hidup, bukan hidup untuk nyicil. Kalau kebalik, nantinya malah capek sendiri dan kebanyakan ngeluh dibanding bersyukurnya.
Nah, soal motivasi, tergantung dilihat dari angle mana. Nggak bisa dimungkiri, ada pekerja yang senang dihadapkan dengan tantangan. Salah satunya dengan cara melihat kemampuan diri dalam melunasi tiap cicilan yang ada.
Untuk orang tertentu, semakin banyak cicilan, artinya harus semakin giat bekerja dan terus mendapatkan penghasilan yang lebih baik. Agar bisa membeli sesuatu yang diimpikan. Dan tidak ada yang salah dengan pemikiran tersebut, karena sudah menjadi pilihan hidup masing-masing.
Mau punya cicilan atau nggak, pada akhirnya semua akan tergantung pada kemampuan diri dalam mengelola keuangan. Motivasi kerja bisa didapat dari mana aja, kok. Termasuk jika tujuannya untuk membahagiakan diri sendiri.
