Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Memang Benar Punya Cicilan Bikin Motivasi Kerja Semakin Bertambah?

19 Juni 2020   09:45 Diperbarui: 21 Juni 2020   16:24 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Cicilan kartu kredit (Thinkstock) via kompas.com

Sudah dari sejak kali pertama bekerja, rekan-rekan satu kantor saya selalu menegaskan bahwa, kerja itu harus punya tujuan. Ada motivasi. Biar kerjanya bisa selalu semangat. Nggak males-malesan karena ada sesuatu yang harus dilakukan dan diingat secara berkala.

Saya yang kala itu masih terhitung sebagai fresh graduate dan polos, bisa langsung bekerja aja udah syukur. Mangkanya saya bingung, motivasi apa yang dimaksud oleh rekan kerja saya---yang kebanyakan senior---itu.

Ilustrasi: Shutterstock via Detik.
Ilustrasi: Shutterstock via Detik.
"Memangnya motivasi macam apa yang harus kita punya biar semangat kerja stabil, Mas?" tanya saya kala itu.

"Ya, apalagi kalau bukan cicilan. Kalau kita punya cicilan, dijamin, kerja makin semangat soalnya tiap bulan harus bayar. Kalau nggak, bisa bahaya kita diteleponin debt collector."

Walah, walah. Saya pikir motivasi dalam hal apa, ternyata yang dimaksud oleh para senior itu malah punya cicilan, toh. Karena tidak ingin larut dalam perdebatan panjang, saya hanya mengiyakan perkataan tersebut, "Oh, gitu ya, Mas."

Sampai dengan saat ini, saya masih kepikiran ucapan tersebut. Emang betul, cicilan yang kita miliki itu berbanding lurus dengan semangat bekerja? Sebab, karena ucapan tersebut juga, saya malah jadi overthinking.

"Nanti kalau nggak sanggup bayar cicilannya gimana?"
"Nanti kalau keasyikan nyicil tapi lupa atau lebih parahnya ogah-ogahan bayar cicilannya gimana?"
"Terus kalau ada kebutuhan mendesak dan lebih prioritas dibanding cicilan itu gimana?"

"Kalau sampai diteror oleh debt collector pas nggak sanggup bayar, bukannya malah bisa jadi makin pusing dan bikin motivasi kerja turun?"

Dan seterusnya, dan seterusnya. Namanya juga lagi overthinking.

Jujur saja, sampai dengan saat ini, saya belum berani untuk apply kartu kredit di bank mana pun. Alasannya, karena saya khawatir nggak bisa membayar, lalai atas cicilannya, atau ketagihan menggunakan fasilitas dan segala kemudahannya lalu malah sulit untuk dibatasi penggunaannya. Pikir saya, jika masih bisa dan mampu membeli secara kontan, saya akan memilih langkah tersebut.

Selain itu, rekan kerja saya juga selalu menekankan, "Zaman sekarang kalau nggak nyicil sesuatu ya nggak akan punya apa-apa nantinya." Sebentar, sebentar. Setelah saya pikirkan berulang kali, sebetulnya kalimat ini punya dua sisi, layaknya mata pisau.

Pertama, ada betulnya juga. Ketika banyak kebutuhan tapi materi terbilang pas-pasan, nyicil atau kredit bisa menjadi salah satu solusi terbaik. Ingat, kebutuhan, lho, ya. Kalau dalam Psikologi, sih, rumusnya jika Ide mendominasi, dan Superego menjadi solusi, maka Ego harus mengambil keputusan dengan sebijak-bijaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun