Barangkali, kehilangan barang kesayangan dapat menjadi hal yang paling menyebalkan sekaligus bikin sedih. Bukan hanya rugi secara materi, di saat yang bersamaan dan pada titik yang paling melow, kita juga bisa kehilangan segala kenangan yang pernah dilalui bersama dengan barang yang hilang secara fisik, wujud, dan bentuknya.
Saya pernah mengalami perasaan tersebut ketika kehilangan handphone saat kelas 1 SMA. Jelas, kehilangan handphone ruginya dobel-dobel. Rugi dari sisi materi iya, memori apalagi. Banyak kenangan dan kebiasaan yang harus terhenti ketika hape kesayangan saya raib karena... jatuh dari saku celana ketika mengendarai motor. Hape yang saya miliki kala itu adalah N-Gage QD.
Menyebalkan bagaimana hal tersebut bisa terjadi karena keteledoran sendiri.
Ada banyak hal yang bikin saya mangkel sekaligus sedih di saat bersamaan ketika kehilangan hape. Pertama, karena dibeli dengan uang tabungan sendiri, hasil dari menyisihkan uang jajan. Kedua, pada masanya, N-Gage QD cukup nyaman untuk ngegame. Ketiga, kontak hape yang sudah disimpan belum ada fitur untuk memback-up. Kalau nomor hape, masih bisa diurus ke gerai provider terdekat, lah. Selain itu, memori hape pun ikut lenyap. Isi dalam galeri pun hilang; foto dan semua lagu kesayangan dalam playlist aplikasi pemutar lagu.
Semua dalam keadaan belum diback-up dan hilang begitu saja. Saya jadi tersadar, kehilangan barang karena keteledoran sendiri itu memang selalu bikin sesak.
Setelah kehilangan hape, saya pun menjadi merasa ada yang kurang. Kebiasaan sederhana seperti bermain game, mendengarkan musik, melihat foto dalam galeri, berbalas pesan dengan gebetan untuk sementara waktu, kala itu tidak bisa dilakukan. Kehilangan dalam bentuk apa pun memang selalu menyesaklan.
Semenjak saat itu, saya bertekad untuk selalu menjaga barang milik pribadi, khususnya hape yang sering kali dibawa ke mana pun saya pergi.
Beberapa cara pun saya lakukan untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk yang akan terjadi di kemudian hari. Entah karena terjadi kerusahakan pada hape, atau yang paling apes, hape hilang untuk kedua kalinya.
Lain halnya dengan seorang teman saya di masa kini, ia justru memiliki pandangan lain ketika kehilangan hape. Baginya, hapenya yang hilang bukan suatu masalah. Tidak peduli berapa lama ia harus mengumpulkan uang, toh pada akhirnya hape bisa dibeli lagi. Yang sulit kembali adalah semua data yang terdapat di dalam hape. Termasuk nomor kontak, isi chat atau pesan yang penting, sampai dengan file yang berharga. Apalagi jika sampai ada suatu konsep atau ide yang penting urusan pekerjaan. Bisa repot.
Saya tidak pernah menyangka sebelumnya, ternyata, kehilangan suatu barang bisa sepelik ini. Belum lagi kenangan yang ada di dalamnya. Foto bareng temen-temen, isi SMS dengan gebetan pada masanya. Uhuk. Dan masih banyak hal lain yang, sangat, sangat, bikin nyesek kalau hape sudah hilang.
Perasaan yang sama juga saya rasakan ketika pada tahun 2008, motor pertama saya, honda supra fit yang dibelikan ibu dan bapak semasa SMA, dijual karena ada beberapa spare part yang rusak, yang kalau diservice akan mengeluarkan kocek cukup dalam.
Motor yang sudah menemani saya selama dua tahun, akhirnya harus rela dijual dan dilepaskan, bersamaan dengan banyak kenangan yang sudah terjadi. Antar-jemput pacar, dipeluk sama pacar, berantem sama pacar. Dan motor supra fit menjadi saksi bisu perjalanan bucin saya selama SMA.
Pada akhirnya, memiliki suatu barang dan dijual kembali suatu waktu, sudah seperti paradoks. Semua bisa terjadi karena motif yang beragam. Dan ketika kita sudah sayang dengan suatu barang, rasanya akan sulit sekali merelakan ketika barang tersebut hilang atau tidak lagi digunakan. Lalu, barang tersebut akan tergantikan dengan yang baru, membina kebersamaan, sampai akhirnya tidak digunakan lagi di kemudian hari. Bisa karena rusak, dijual, atau hilang.
Hal seperti itu, mau tidak mau akan kita alami dan rasakan seumur hidup. Walau sudah berkali-kali mengalami hal serupa, rasanya masih saja berat merelakan barang kesayanyan yang sudah lama bersama ketika harus dijual atau karena hilang.
Ah, ternyata perkara kehilangan barang kesayangan bukan hanya soal materi, tapi juga kenangan yang sudah dilalui.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H