Perdebatan yang terlampau receh, tapi bikin sebel sendiri.
Pertama, mereka terlalu tergantung dengan kalkulator, padahal berapa total yang harus dibayarkan masih termasuk dalam perhitungan sederhana. Memang, kalkulator itu dibuat untuk memberi kemudahan bagi para penggunanya. Tapi, jangan sampai karena keenakan diberi kemudahan, kita jadi malas berhitung secara manual.
Kedua, ngapain juga pada ribut-ribut sendiri dan berdebat hal yang sama. Mereka ini nggak belajar dari pengalaman apa, ya? Soal total harga kan bisa langsung cek di kasir, atau minta ditunjukkan bill-nya saja. Hadeeeh.
Suka aneh memang kelakukan anak zaman sekarang. Semakin diberi kemudahan, malah semakin bingung apa yang sebaiknya dilakukan. Atau mungkin karena terlalu difasilitasi mangkanya jadi keblinger sendiri? Eh.
Pada akhirnya, teman-teman saya ini belajar dan sadar bahwa, mereka sudah terlalu bergantung pada kalkulator, sekalipun untuk perhitungan sederhana.
Maksud saya, jika untuk mengetahui berapa yang harus dibayarkan saat makan atau membeli sesuatu, kan bisa tanya ke kasir berapa total harganya. Itu bisa jadi dobel kroscek juga untuk para pembeli. Apalagi kita selalu disarankan untuk mengecek kembali apa saja yang dipesan, kan.
Di sisi lain, pakai kalkulator itu sebetulnya nggak salah-salah amat. Ya, mau bagaimana, memang itu fungsinya kalkulator diciptakan. Untuk memberi kemudahan bagi para penggunanya saat berhitung. Nggak peduli perhitungan mudah, sulit, atau rumit sekalipun macam hitungan yang melibatkan sin, cos, tangen, akar pangkat, dan lain sebagainya.
Jika saya dan beberapa teman makan siang bersama lagi, rasanya saya harus segera mengingatkan mereka, soal berapa total harga yang dibayarkan baiknya tanya ke kasir aja, lah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI