Saya punya teman yang betul-betul ingin sekali berwirausaha. Bagaimana pun caranya, dan dengan proses yang baik, pastinya. Biar berkah dan halal, katanya. Apa pun yang berhubungan dengan wirausaha, selalu dia ikuti alurnya, dan selalu dia kerjakan. Baca buku tentang wirausaha, mengikuti seminar kewirausahaan, bahkan dia sudah berani memulai wirausaha sejak masih kuliah.
Katanya, dia pengin suatu saat punya usaha jangka panjang yang bisa menghidupi diri sendiri, keluarga, juga orang lain---punya karyawan.
Dia sudah mencobanya dari modal yang paling kecil terlebih dahulu, bahkan tanpa modal sama sekali. Menjadi distributor, salah satunya. Sebab, dengan menjadi distributor, kita tidak perlu mengeluarkan modal, hanya membantu memasarkan dan menawarkan kepada orang lain, lalu untuk keuntungan yang didapat, tergantung kesepakatan awal dengan si pemilik usaha. Nah, dari keuntungan ini, dia mulai menabung untuk bisnis yang akan dilakukan berikutnya.
Kemudian, ia mencoba peruntungan dengan membuka usaha konveksi online. Sistemnya pre-order, karena harus menunggu pesanan dari klien, entah per-orangan atau dari suatu instansi. Biasa juga mendapat orderan dari sekolah. Namun, baginya menjalani bisnis konveksi ini terbilang sulit, karena saingannya banyak betul. Apalagi, instansi atau organisasi besar biasanya sudah memiliki vendor masing-masing ketika harus memesan secara borongan. Kecuali, mau bersaing secara harga dan kualitas.
Setelah mencoba beberapa usaha dan belum berhasil juga---selalu tersendat dalam prosesnya, akhirnya teman saya bertekad untuk mengembangkan usaha baru, yakni dalam bidang cuci steam motor. Menarik, karena kebanyakan teman, saat ini, kalaupun mau buka usaha, pasti lebih pengin jualan, buka distro, cafe, atau kedai es kopi susu.
Karena penasaran, saya tertarik untuk mengajaknya berbincang tentang perjuangannya dalam membuka jasa cuci steam motor, dan mengulik tentang kisahnya. Akhirnya, saya coba hubungi dia kembali dan menanyakan beberapa hal.
Teman saya namanya Syahrul Anwar, saat ini berusia 24 tahun, statusnya sudah menikah dan karyawan swasta di suatu perusahaan. Ia sudah membuka jasa cuci steam motor selama hampir satu tahun, mulai dari pertengahan tahun 2019 sampai dengan saat ini.
Dan pertanyaan pertama yang saya ajukan adalah tentang alasannya membuka jasa cuci steam motor, kenapa bukan kedai es kopi susu seperti kebanyakan orang.
"Saya ngeliat pasarannya lebih dulu, Mas. Di dekat rumah saya, rasa-rasanya akan kurang laku kalau buka kedai kopi. Pesimis aja gitu. Lha, buat apa kita berwirausaha, kalau sejak awal kita pesimis, kan. Modal buat kedai kopi juga mahal, Mas. Out of budget."
Syahrul melanjutkan alasan tentang kenapa lebih memilih membuka jasa cuci steam motor.
"Saya udah survey, Mas. Di kawasan sini, cuci steam motor itu jarang. Kalaupun ada, itu jauh dari sini. Jadi, saya mau manfaatkan itu. Biar orang-orang yang mau cuci motor, bisa ke tempat saya aja."
Ternyata, perkiraan Syahrul memang tepat dan jitu. Sampai dengan saat ini, pelanggan yang datang ke tempatnya untuk mencuci motor terbilang ramai. Dalam sehari, rata-rata paling sedikit sekali ada 5 pengunjung yang datang. Jika sedang ramai, bisa 15-20 motor yang harus dicuci oleh dua karyawannya. Dengan tarif berkisar Rp10.000-Rp15.000, tergantung paket yang dipilih.
Lebih lanjut, Syahrul menceritakan caranya agar bisa mempertahankan usaha cuci steam motornya ketika pengunjung sedang sedikit, yakni dengan menjual beberapa camilan dan minuman dalam kemasan.
"Kepikiran secara spontan, Mas. Daripada pengunjung yang datang bengong cuma liatin motor yang dicuci, mending mereka sambil nyemil. Barangkali kalau ada display camilan dam minuman, mereka jadi terpancing untuk membeli. Hehehe. Lumayan, Mas, buat nambah-nambah uang kas dan sebagai tabungan untuk bayar karyawan juga."
Dari pengakuannya, beberapa kali ada kendala tak terduga yang harus ia hadapi sejak awal membuka usaha. Mulai dari "jatah keamanan" yang dipungut oleh oknum perorangan (jika tidak ingin disebut preman), kendala teknis berupa kerusakan alat, sampai dengan gonta-ganti karyawan. Pada akhirnya, Syahrul mendapat karyawan yang dari kinerjanya bisa dipercaya, karena sudah bertahan selama sekitar 6 bulan. Saat ini, semua sudah bisa ia atasi dan melanjutkan usaha dengan tenang dan nyaman.
Soal ketersediaan barang dan berapa modal yang harus dikeluarkan pertama kali, Syahrul mengaku mempelajarinya melalui internet, YouTube, dan bertanya secara langsung ketika ia mencuci motornya di beberapa tempat. Bahkan, dengan baik hati, Syahrul memberikan catatan khusus mengenai apa saja yang harus dipersiapkan dan berapa modal yang dibutuhkan untuk membuka jasa cuci steam motor. Berikut rinciannya:
1 set mesin steam (tipe bensin): Rp1.750.000
1 set kompresor udara merek shark (tipe bensin): Rp2.250.000
1 set tabung snow kapasitas 15 liter: Rp750.000
Toren air kapasitas 350 liter: Rp300.000 (bekas)
Kanebo 2 pcs: Rp20.000
Ember kecil 2 buah: Rp30.000
Sikat cuci ban 2 buah: Rp10.000
Gayung: Rp10.000
Kuas kecil: Rp10.000
Pipanisasi: Rp200.000
Mesin pompa air shimizu (jika menggunakan air sumur): Rp380.000
Banner promosi (opsional): Rp200.000
Semir ban 5 liter: Rp100.000
Shampoo salju 5 liter: Rp35.000
Rincian tersebut belum termasuk sewa tempat dan renovasi tempat (jika diperlukan).
Dan setelah melihat rincian modal tersebut, rasa-rasanya membuka jasa cuci steam motor betul-betul bisa direalisasikan oleh sebagian orang. Apalagi, semakin banyak orang di luar sana yang malas cuci motornya sendiri, kan. Eh?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H