Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menikah dan Candaan Template nan Menyebalkan dari Orang Sekitar

11 Januari 2020   21:45 Diperbarui: 11 Januari 2020   21:48 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lu kapan nikah? Ayo, dong, segera nikah! Enak, loh".

Kalimat tersebut diucapkan oleh salah satu teman saya, mengajak kepada teman yang lain untuk segera menikah.

Dia yang dapat dikatakan baru saja menikah sekira tiga bulan lalu, tentu masih berada dalam kadar bahagia laiknya pasangan baru.

Sampai pada poin tersebut saya tidak ada masalah. Kemudian bagi saya yang mengganjal adalah, pernyataan "enak, loh" di sini menjurus kepada hubungan antara suami-istri.

Maksud saya, memangnya menikah itu hanya memikirkan hal yang seperti itu saja? Kan, masih banyak hal lain yang jauh lebih penting dan harus dipertanggungjawabkan, baik dari sisi lelaki maupun perempuan.

Tentu, keduanya memiliki tanggung jawab dan haknya masing-masing. Lagipula, dari beberapa alasan orang menikah, kenapa fokusnya hanya menjurus ke hal yang demikian. Selain privasi, rasanya tidak layak untuk diperbincangkan kepada sembarang orang.

Selain itu, rasanya sulit sekali menghindari pertanyaan yang seringkali diajukan oleh beberapa orang di sekitar tentang, "eh, gimana semalem? Enak?". Lah, kenapa sih sama orang-orang.

Kok ya fokusnya mengarah ke "malam pertama" semua. Yang nanya seperti itu sadar nggak, sih, mereka nggak akan mendapatkan jawaban yang diinginkan sama sekali? Paling-paling hanya akan mendapatkan jawaban seadanya seperti "hehe, ada deh" atau "ya enak".

Terus, apa yang diharapkan oleh kalian, wahai orang yang bertanya "gimana rasanya malam pertama, enak?".

Seakan sudah lumrah dan menjadi kebiasaan, bahkan orang yang seringkali bertanya akan hal tersebut, termasuk teman saya pun sekarang tidak lagi bertanya secara langsung atau personal, mereka dengan tidak segannya bertanya di grup WhatsApp.

Berkali-kali saya dengan teman menegur beberapa orang yang bertanya seperti itu, dan selalu dijawab dengan pernyataan yang sama, "emang kenapa sih, namanya juga bercanda". Kalau memang niatnya bercanda, kok nggak lucu, ya. Hehehe.

Memangnya nggak ada bahan basa-basi yang lain seperti, "eh, kemaren jadinya honeymoon ke mana? Seru nggak tempatnya?".

Tentu akan jauh lebih informatif juga bisa dijadikan rekomendasi jika ingin bepergian di kemudian hari. Dengan catatan, tidak perlu memaksa jika yang ditanya tidak ingin terlalu banyak bercerita dan memberitahu sekadarnya.

Sebab pada dasarnya, jika dirimu merasa memiliki hak untuk bertanya, orang lain pun memiliki hak yang sama untuk tidak menjawab. Apalagi pertanyaannya tergolong privasi.

Belajarlah untuk tidak menanyakan hal yang tidak perlu, tidak semua orang senang dan berkenan menerima pertanyaan sok asik seperti itu. Niat mau basa-basi, eh, malah bikin risih dan keki.

Lalu, apa bedanya dengan orang-orang yang selalu mengajak untuk menyegerakan menikah, diawali dengan pertanyaan "kita-kita udah nikah loh, lu kapan?".

Lagipula, menikah itu salah satu keputusan yang harus betul-betul dipertimbangkan dalam hidup. Menikah itu untuk membahagiakan satu sama lain, dengan segala tanggung jawabnya.

Bukan hanya malu karena teman-teman lain sudah lebih dulu menikah, karena tren, apalagi sekadar ikut-ikutan. Menikah itu perlu kesiapan mental dan bukan hanya memikirkan juga meladeni pertanyaan "malam pertama" dari orang sekitar.

Dari awal saya menikah pada 2016 lalu hingga kini, tidak pernah sekali pun saya mengajukan pertanyaan kepada mereka yang belum menikah tentang kapan mereka akan menikah, atau bertanya bagaimana malam pertama mereka kepada yang sudah menikah. Sebab, saya sadar akan privasi orang lain.

Ditambah, hal tersebut juga rasanya tidak sopan untuk ditanyakan baik secara personal apalagi di grup WhatsApp, di mana banyak orang yang juga dapat membacanya.

Saya juga harus menegaskan bahwa, ini bukan perkara baper, lebih kepada kurang sopan karena menyinggung soal privasi.

Memangnya, nggak nemu pertanyaan yang sewajarnya aja gitu? Kalau memang iya, diam tentu pilihan yang jauh lebih bijak, selain mengontrol apa yang diucap.

Sudah cukuplah bertanya hal yang kurang penting dan mau tau urusan orang lain sampai ke ranah privasi. Bertanya tentu boleh, tapi pastinya ada batasan tertentu yang tidak perlu diketahui khalayak.

Selain itu, sudah cukuplah bertanya soal kapan menikah, toh hal tersebut sudah menjadi pilihan masing-masing. Seseorang juga memiliki kadar bahagianya tersendiri. Kalau memang bahagia meski menyandang status single, mau apa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun