Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Serba-serbi Job Fair dan Curhatan Para Pencari Kerja

10 Januari 2020   19:00 Diperbarui: 10 Januari 2020   20:18 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Jobfair: Antara Foto/Umarul Faruq via Kumparan

Sebagai seorang recruiter, sudah menjadi tugas dan kewajiban saya mewawancara para kandidat, melakukan proses dari awal hingga akhir sampai dengan tanda tangan kontrak.

Sebagian orang bilang, nasib para kandidat tergantung dari keputusan awal yang saya buat, sebelum prosesnya dilanjutkan ke tahapan berikutnya (psikotes dan wawancara final). Padahal, semuanya bergantung kandidat pada saat mengikuti wawancara awal.

Mau bagaimana pun, saya wajib memberi penilaian secara objektif, berdasarkan kemampuan yang dimiliki dan menyesuaikan kualifikasi dari perusahaan.

Oleh karena itu, dibanding disebut atau diberi label sebagai penentu nasib, rasanya akan lebih bijak jika seorang recruiter diibaratkan sebagai jembatan penghubung antara kandidat dan perusahaan. Cukup objektif dari kedua sisi, bukan?

Dalam proses pencarian kandidat, ada beberapa cara yang biasa saya lakukan, bisa melalui portal pencarian kerja, LinkedIn, atau bahkan referensi dari teman.

Jika data yang dibutuhkan dirasa masih kurang memuaskan atau masih memerlukan pencarian data kandidat tambahan, biasanya saya akan mengikuti job fair atau biasa juga disebut dengan bursa kerja.

Sampai dengan saat ini job fair yang saya ikuti di antaranya ada yang diselenggarakan oleh pemerintah, pihak swasta, juga dari kampus atau sekolah. Semuanya tergantung dan kembali pada kebutuhan.

Sederhananya dan dari sudut pandang saya, job fair merupakan acara alternatif bagi para pencari kerja untuk mendapatkan pekerjaan ideal (sesuai yang diinginkan atau dibutuhkan) bagi mereka.

Ilustrasi Jobfair: Antara Foto/Umarul Faruq via Kumparan
Ilustrasi Jobfair: Antara Foto/Umarul Faruq via Kumparan
Bagaimana tidak, dalam suatu job fair biasanya melibatkan puluhan perusahaan yang sedang membuka lowongan pekerjaan bagi siapa pun yang membutuhkan.

Ditambah, tidak perlu repot-repot print banyak surat lamaran dan menghambur-hamburkan uang, seperti yang dikeluhkan oleh demonstran di Karawang beberapa waktu lalu terkait sulitnya mendapatkan pekerjaan

Kebanyakan dan rata-rata hanya menulis data diri pada daftar hadir suatu perusahaan, dikirim via email, atau soft copy CV dari flashdisk, baik ditulis pada kolom kertas maupun pada laptop.

Kalaupun harus mengeluarkan uang, biasanya hanya untuk uang pendaftaran atau administrasi. Bahkan kini, banyak job fair yang gratis, tidak mengeluarkan uang untuk pendaftaran sama sekali.

Oleh sebab itu, bagi para pencari kerja, job fair merupakan peluang yang harus diusahakan. Itu pun, jika memang betul-betul niat bekerja, sih.

Namun, tentu tidak semua pencari kerja beranggapan demikian. Pernah, ketika saya mencoba menelepon salah satu kandidat yang sebelumnya mengisi data diri di lembar yang disediakan untuk diundang proses wawancara, dia malah marah-marah dan berkata:

 "Pak, nggak usah ngundang saya interview, deh! Semua perusahaan yang ikut job fair itu penipu! Saya udah berkali-kali lamar di job fair tapi nggak diterima juga".

Begini, Mas, Mba. Sebelumnya, mari sama-sama semangat menemukan pekerjaan yang baik sesuai dengan apa yang dimau. Saya pun pernah ada di posisi itu.

Pertama, kalau semuanya dianggap penipu, masa sampai disediakan tempat dan diawasi oleh instansi pemerintah terkait juga pihak swasta, sih.

Kedua, job fair itu semacam wadah atau peluang lain bagi para pencari kerja dalam melamar pekerjaan. Dengan datang ke suatu job fair, bukan serta-merta juga otomatis diterima. Semuanya, tentu butuh proses dan usaha.

Selain daripada itu, pada setiap saya ikut serta dalam acara job fair dan memerhatikan dengan seksama, menurut observasi yang saya lakukan, tingkah laku beberapa jenis pencari kerja yang datang pun berbeda-beda.

Pertama, pencari kerja yang betul-betul serius datang ke job fair untuk mencari pekerjaan. Membawa CV dan kelengkapan lainnya. Apa pun posisinya, yang penting bisa segera bekerja, kebanyakan lulusan baru.

Kedua, pencari kerja yang selektif dalam memasukan lamaran pekerjaan, biasanya yang sudah berpengalaman.

Ketiga, pencari kerja yang dari awal hanya mengelilingi lokasi job fair sambil menenteng CV, tapi tidak ada satu pun posisi yang dilamar. Entah karena belum ada posisi yang diinginkan atau memang hanya ingin jalan-jalan saja.

Pada akhirnya, job fair tetap menjadi alternatif lain bagi para pencari kerja di mana pun berada, apa pun tingkat pendidikannya. Sebab, dalam suatu job fair betul-betul banyak sekali lowongan pekerjaan yang tersedia. Dari level staf hingga manajerial. Sudah sebaiknya kita semua sebagai jobseeker atau pencari kerja, memanfaatkan job fair sebagai.

Toh, tidak ada salahnya kan coba datang dan melamar untuk posisi tertentu di suatu perusahaan pada saat job fair, dibanding selalu menuntut dan mengeluh soal lapangan kerja sedikit. 

Barangkali, CV-mu dilirik perusahaan ternama berbekal kemampuan yang dimiliki, dan syukur jika akhirnya bisa bekerja sesuai dengan posisi yang diinginkan.

Gimana, sudah siap mengunjungi job fair atau bursa kerja dalam waktu dekat?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun