Kalaupun harus mengeluarkan uang, biasanya hanya untuk uang pendaftaran atau administrasi. Bahkan kini, banyak job fair yang gratis, tidak mengeluarkan uang untuk pendaftaran sama sekali.
Oleh sebab itu, bagi para pencari kerja, job fair merupakan peluang yang harus diusahakan. Itu pun, jika memang betul-betul niat bekerja, sih.
Namun, tentu tidak semua pencari kerja beranggapan demikian. Pernah, ketika saya mencoba menelepon salah satu kandidat yang sebelumnya mengisi data diri di lembar yang disediakan untuk diundang proses wawancara, dia malah marah-marah dan berkata:
 "Pak, nggak usah ngundang saya interview, deh! Semua perusahaan yang ikut job fair itu penipu! Saya udah berkali-kali lamar di job fair tapi nggak diterima juga".
Begini, Mas, Mba. Sebelumnya, mari sama-sama semangat menemukan pekerjaan yang baik sesuai dengan apa yang dimau. Saya pun pernah ada di posisi itu.
Pertama, kalau semuanya dianggap penipu, masa sampai disediakan tempat dan diawasi oleh instansi pemerintah terkait juga pihak swasta, sih.
Kedua, job fair itu semacam wadah atau peluang lain bagi para pencari kerja dalam melamar pekerjaan. Dengan datang ke suatu job fair, bukan serta-merta juga otomatis diterima. Semuanya, tentu butuh proses dan usaha.
Selain daripada itu, pada setiap saya ikut serta dalam acara job fair dan memerhatikan dengan seksama, menurut observasi yang saya lakukan, tingkah laku beberapa jenis pencari kerja yang datang pun berbeda-beda.
Pertama, pencari kerja yang betul-betul serius datang ke job fair untuk mencari pekerjaan. Membawa CV dan kelengkapan lainnya. Apa pun posisinya, yang penting bisa segera bekerja, kebanyakan lulusan baru.
Kedua, pencari kerja yang selektif dalam memasukan lamaran pekerjaan, biasanya yang sudah berpengalaman.
Ketiga, pencari kerja yang dari awal hanya mengelilingi lokasi job fair sambil menenteng CV, tapi tidak ada satu pun posisi yang dilamar. Entah karena belum ada posisi yang diinginkan atau memang hanya ingin jalan-jalan saja.