"YA KENAPA GA DARITADI, DONG?", dumel gue.
Di debut gue ini, ada satu kandidat yang cukup menarik, sampai sekarang gue masih inget dia lulusan SMA yang melamar jadi telemarketing. Baru lulus banget dan kalau diterima akan jadi pengalaman kerja pertama banget. Waktu diwawancara gue, entah karena masih polos juga, dia cuma "iya, iya" aja dan "siap", beruntung dia ga sampai bilang "ASHIAAAAAAP" karena memang belum trendnya ketika itu. Selama wawancara kandidat ini cuma cengengesan, gue ga liat potensi dalam diri dia, dia cuma menyampaikan kalau dia niat sekali bekerja. Di hari yang sama gue ajukan dia ke senior gue, mengejutkan, dia diterima. Oke, paling engga dia akan training terlebih dulu dan akan diliat kinerjanya.
Waktu makin sore, kandidat satu per satu mulai pulang, kerjaan hari pertama selesai. Debut gue sebagai perekrut biasa aja, dilalui dengan gugup, grogi, tapi gue cukup puas karena paling engga gue on the (right) track, kembali lagi ke jalur gue. Jadi, gue tetep positif, pede, dan optimis.
Kami pulang sekitar jam 16.00, gue pesan ojek online sampai Stasiun Cawang. Sampai di rumah sekitar jam 18.30, langsung disambut Nazliah dan ditanya, "capek, ya?" juga langsung menanyakan gimana pengalaman pertama gue sebagai perekrut. Gue berbagi cerita dan dia tetap kasih support buat gue.
Setelah gue akhirnya bisa kembali ke ruang lingkup psikologi ini, gue ingin melakukan yang terbaik sejak dari awal, karena ini yang gue suka, area ini yang menjadikan apa yang gue kerjakan seperti bermain, perjalanan kerja serasa rekreasi, penatnya bekerja seperti berdiskusi dengan diri sendiri agar bertambahnya kompetensi.
Sebagai penutup ada salah satu kutipan dari pebasket idola gue,
"be the best version of yourself in anything you do. You don't have to live anybody else's story." -Stephen Curry.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H