Karena menurut saya ceritanya menarik untuk diulas, saya lanjutkan bertanya,
"Lalu saat itu Mas gimana? Teriak? Melarikan diri? Atau gimana?"
"Saya waktu itu langsung pucet, Pak. Saya sampai rumah langsung tidur, tutup badan pakai selimut."
"Loh? Masnya ga mandi dulu biar segar badannya?" tentu saya tidak akan menanyakan hal demikian.
Ketika wawancara, baiknya alat komunikasi dimatikan, minimal disilent. Jelas memegang apalagi memainkan handphone saat wawancara bukan sikap yang bijak. Pernah ada kandidat yang dengan santainya mengeluarkan handphone dari saku celananya, lalu memainkannya. Saat saya tanya,
"Kenapa, Mas? Ada yang penting? Kalau memang ada yang penting, ga apa-apa, silakan direspon dulu."
Dia jawab, "Ga ada apa-apa, Pak."
Lah. Kalau memang tidak ada yang urgent, buat apa main handphone saat wawancara berlangsung? Gunanya apa? Ga mungkin wawancara kerja sambil main Mobile Legend untuk Push Rank, kan? Yang ada malah jadi penilaian negatif bagi pewawancara. Belum lagi dengan semangat dan percaya diri yang tinggi, kandidat ini tiba-tiba mengucapkan kata, "BIG HOPE, Pak, BIG HOPE." Sungguh random.
Itu kenapa, kesiapan dalam mengikuti wawancara kerja itu penting. Bukan melulu soal mencari kerja itu susah, lapangan kerja sedikit, atau peluang bekerja yang minim, tapi coba menelaah diri sendiri, apakah memang sudah siap dan layak untuk bekerja? Sudah siap menjadi bawahan? Sudah siap mengerjakan deadline? Mengingat semua pekerjaan pasti memiliki target yang memang harus dipenuhi, tidak peduli apa pun posisinya.
Jadi, sebelum menuntut lapangan pekerjaan yang tersedia minim dan mengeluh cari pekerjaan sekarang itu susah, ya baiknya kroscek dulu kemampuan diri juga kesiapan dalam bekerja, apakah memang sudah betul-betul siap atau hanya karena gengsi melihat teman-teman yang lain sudah bekerja lebih dulu.
Jadi lulusan baru kok ya optimis banget jadi pengangguran.