Bekerja, menjadi karyawan di suatu perusahaan pastinya menjadi impian banyak orang, khususnya untuk lulusan baru atau biasa kita kenal dengan sebutan fresh graduate.Â
Kenapa saya katakan banyak orang dan tidak semua? Karena sebagian lagi ada yang memilih untuk menjadi entrepreneur. Berwirausaha. Kembali kepada pilihan tiap individu.
Wawancara seringkali menjadi momok menakutkan untuk para pencari kerja, terlebih lagi lulusan baru. Gugup seperti sudah menjadi hal lumrah ketika proses wawancara berlangsung. Belum lagi overthinking perihal apa saja pertanyaan yang akan diajukan oleh pewawancara.Â
Kalau pun sudah diprediksi dengan cari kemungkinan pertanyaan melalui mesin pencari di internet, apa saja yang sekiranya akan ditanya, lalu apa jawaban yang baik, sudah latihan bicara, tapi karena gugup, semuanya seakan sirna.Â
Pertanyaan dari pewawancara -HRD- memang sulit diprediksi, itu kenapa, bagi saya pribadi yang juga pernah menjadi lulusan baru dan menghadapi wawancara kerja pertama kali, lebih baik menyiapkan mental untuk menghadapi pertanyaan dari pewawancara yang sulit diprediksi.
Tenangkan diri sesaat sebelum proses wawancara berlangsung. Saya biasa melakukan hal ini ketika ada undangan wawancara kerja. Bisa dengan minum sambil duduk santai di ruang tunggu, atau melihat suasana kantor, apa saja kebiasaan yang karyawan lakukan, kegiatan apa saja yang menjadi budaya di perusahaan tersebut.Â
Pernah ketika saya wawancara di salah satu bank ternama, budaya mereka setiap pagi adalah doa bersama dilanjut dengan briefing pagi. Lalu di salah satu koperasi ternama, kebiasaan yang dilakukan adalah ada kajian sebelum mulai bekerja.Â
Cukup efektif karena bisa tahu apa yang kira-kira ditanyakan seputar lingkungan kerja dan perusahaan. Paling tidak dianggap siap oleh pewawancara.
Anggap seseorang yang mewawancara adalah teman sharing, sehingga apa pun yang diperbincangkan seolah seperti diskusi, tentang apa yang kita -sebagai lulusan baru- bisa. Pada bagian ini, ada baiknya kenali diri lebih dalam karena HRD pasti ingin mengetahui gambaran tentang diri kandidat.Â
Soal kemampuan baik softskill atau pun hardskill, hobi, motivasi dalam bekerja, dan lain sebagainya. Coba diingat, kita itu orang yang seperti apa. Ceritakan apa yang kita pahami soal diri kita, sederhananya, yang mengenali diri sendiri akan paham bagaimana cara memanage diri ketika dalam situasi tertentu.Â
Jawaban seperti, "saya tidak tahu kemampuan dan kelebihan saya apa saja, saya bingung", tentu tidak akan membantu dan membuat diri kandidat dipertimbangkan. Apalagi jawaban, "saya ga tahu kelebihan saya karena yang menilai orang lain", yang mau bekerja kan dirimu, kenapa orang lain harus juga repot-repot menilai tentang dirimu.Â
Pasti ada celah, ada kesempatan mengenali diri. Cobalah mengingat, berpikir, dan merenung. Pahami diri sendiri.
Jika ada kandidat lain yang juga diundang untuk proses wawancara, berkenalan dan berbincang adalah opsi yang baik. Bagi saya, ini salah satu hal yang efektif agar mulut saya tidak "kaku" pada saat wawancara.Â
Semacan latihan vocal sebelum banyak bicara dengan HRD. Saya seringkali merasa jauh lebih tenang, ketika sedang cemas -dalam proses wawancara- lalu berbincang. Pada kesempatan ini, kita juga jadi tahu sudut pandang dari kandidat lain. Jika masih bingung soal diri sendiri, mungkin dengan cara berbincang, akan muncul insight.
Sebagai lulusan baru, tentunya belum ada pengalaman kerja secara profesional di dunia perkantoran, hal itu tidak serta merta dijadikan alasan untuk tidak bercerita banyak tentang kegiatan atau aktivitas apa yang dilakukan selama kuliah atau selama mencari pekerjaan.Â
Kita bisa bercerita apa saja kegiatan selama kuliah, menjadi bagian dari BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) atau organisasi lain, asisten dosen, ikut kursus, program magang, sebagai freelancer, dan lain sebagainya. Ceritakan, selama kegiatan itu baik.Â
Terlebih jika memang ada prestasi yang dapat diceritakan. Hal tersebut akan menjadi nilai tambah. Dibanding hanya menyebutkan nama, tempat tanggal lahir, dan alamat pada saat perkenalan dalam sesi wawancara.
Kendati lulusan baru, harus tetap percaya diri walaupun "saingan" ketika wawancara adalah kandidat yang sudah memiliki pengalaman dan kompetensi dalam bidangnya. Tunjukan antusias dan minatmu pada posisi yang dilamar, bisa dengan senyum dan ramah pada saat pertama kali dan buktikan bahwa dirimu sudah mencari tahu tentang posisi tersebut.
Semua kandidat memiliki peluang yang sama dalam seleksi karyawan, bukan hanya soal keberuntungan atau rezeki, jauh sebelum itu, ada hal lain yang bisa dipersiapkan. Mental, komunikasi, sikap yang baik, adalah sebagian diantaranya.
Untuk posisi pekerjaan yang dilamar, bisa disesuaikan dengan latar belakang pendidikan atau yang diminati dan bisa dilihat terlebih dahulu apakah sesuai dengan kualifikasi yang ditetapkan perusahaan atau ada beberapa poin yang memang perlu dipenuhi persyaratannya. Terpenting, apa pun posisinya, harus tahu gambaran soal apa yang akan menjadi tanggung jawabmu kelak.Â
Tidak menutup kemungkinan, pertanyaan soal deskripsi pekerjaan dari posisi yang dilamar akan ditanyakan oleh HRD. Cari tahu dan siapkan jawabannya. Sehingga tidak ada jawaban, "saya tidak tahu deskripsi pekerjaan dari posisi ini, saya masih lulusan baru jadi belum tahu banyak soal dunia kerja." Pastinya, bukan ini jawaban yang diinginkan oleh pewawancara.Â
Persiapkan surat lamaran, CV, dan dokumen pendukung lainnya, persiapkan diri untuk melamar pekerjaan di posisi yang memang diinginkan, lalu diundang perusahaan mengikuti proses wawancara? Siapa takut!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H