Maka terempaslah Mok Ampir terkena tendangan dan membentur-bentur lantai hingga tubuhnya keluar paksa dari ruangan itu bersamaan dengan pintu hati Prastiti yang tertutup kembali.
Mata dara yang belum genap 17 tahun menguasai semesta kembali. Namun mata semesta tak mampu menjangkau matanya di balik topeng. Gerakan Prastiti melambat. Kain-kain yang baru saja dikoyaknya sendiri ditutupi rapat-rapat dengan selendang. Terdengar suara penonton mengutuk-ngutuk.
"Bukalah, Prastiti! Bukalah, Prastiti!"
Suara penonton dirasakannya bagai peluru. Sementara itu, Mok Ampir melayang-layang di udara. Bibir dan tubuhnya luka parah. Baru kali itu ia mendapati dirinya tak mampu memasuki hati penari topeng. Lantas, menghilang ke kejauhan.
Pada titik penghabisan Tari Topeng itu, Raihanum memukul dadanya keras-keras.
Mata Prastiti nyalang menatap salah seorang penonton yang beberapa bulan lalu menyeretnya ke semak-semak dan memberikan trauma yang begitu menyayat serta mengerikan.
Kusno! Ia ingin sekali mencekik lelaki itu. Namun yang bisa ia lakukan hanya bersembunyi di balik topeng. Tentu lelaki itu tak tahu siapa penari topeng yang tengah naik pentas. Tentu semua orang tak tahu kalau di atas panggung adalah Prastiti, bukan Raihanum.
Dunia benar-benar ada di balik topeng.
Di balik topeng adalah rahasia semesta yang tidak semua orang tahu.
***
Purworejo, 17 April 2018