Kalau menulis sastra karena memang ingin menulis, menurut saya, apa pun platformnya tidak akan pernah menjadi masalah. Enjoy. Bahkan banyak yang percaya kalau apa yang kita dapatkan itu sesuai dan sejalan dengan apa yang kita berikan. Kalau kita ingin mendapatkan sesuatu, sebaiknya usaha yang dilakukan paling tidak 10x lipat daripada keinginan tersebut.
Lantas, bagaimana caranya agar media cetak yang dikeluhkan bisa berubah jadi amanah? Saya tidak tahu. Yang pasti, kalau sastra fungsinya bisa menyaingi produk praktis seperti sabun, odol, dan piring, berapa pun pasti ada honornya. Cara terbaik agar sastra memiliki arti penting di mata masyarakat adalah dengan mempromosikannya secara terus-menerus. Entah itu dengan cara berbayar atau gratis seperti menulis di Kompasiana ini.
Bukan mengeluhkan soal honor? Bukan. Kalau mau sastra lebih berharga daripada sabun cuci, sudah kewajiban kita menempatkan sastra di puncak pemikiran yang tak bisa disaingi oleh apa pun, termasuk tuntutan apresiasi. Selain itu, saya masih percaya kredo ini: "Tulisan yang berkualitas tinggi selalu ada harganya. Selalu ada yang mengapresiasi. Entah cepat atau lambat. Mungkin bukan berupa uang, tetapi bahkan akan mendapat penghargaan yang lebih besar, terutama dari generasi di masa depan."
Purworejo, 04 September 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H