Mohon tunggu...
Setiyowatik
Setiyowatik Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah guru di salah satu sekolah di Nusantara yang hobi belajar hal yang baru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Yuk.. Mendidik dan Melatih Kecerdasan Budi Pekerti

2 Januari 2023   12:12 Diperbarui: 2 Januari 2023   12:15 12073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai... Hai... Hai... Sahabat kompasianer, sebagai seorang guru penting bagi kita untuk mendidik dan melatih kecerdasan budi pekerti. 

A. Definisi Budi Pekerti

Budi pekerti menurut filosofi Ki Hajar Dewantara merupakan hasil dari bersatunya gerak, pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan suatu tenaga atau dorongan. Dengan kata lain, budi pekerti dapat dimaknai sebagai perpaduan antara cipta (kognitif) dan rasa (afektif) sehingga dapat menghasilkan karsa (psikomotorik). 

Kecerdasan berpikir muid harus dapat mengembangkan budi pekerti (watak) murid yang tidak hanya dibentuk di sekolah tetapi di dalam keluarga dan lingkungan masyarakat. Seseorang yang memiliki budi pekerti akan memikirkan, merasakan, mempertimbangkan perilaku yang akan ia tampilkan. Oleh karena itu, watak atau budi pekerti merupakan kodrat setiap manusia, sehingga kita sebagai pendidik perlu memahami kodrat dan mendampingi tumbuhnya kecakapan budi pekerti murid dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran yang di alaminya. 

B. Teori Konvergensi dan Pengaruh Pendidikan Berdasarkan Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Teori konvergensi didasarkan pada 2 teori utama yakni:

1. Teori Tabularasa

Teori tabularasa menyatakan bahwa kodrat anak ibarat kertas kosong yang dapat diisi dan ditulis oleh pendidik dengan pengetahuan dan wawasan yang diinginkan pendidik.

2. Teori Negatif

Teori negatif menyatakan bahwa kodrat anak ibarat kertas yang sudah terisi penuh dengan berbagai macam coretan dan tulisan. 

Oleh karena itu, Ki Hajar Dewantara menggabungkan pendekatan teori tabularasa dengan teori negatif yang diintegrasikan menjadi teori konvergensi

Teori Konvergensi:

"Kodrat manusia sebagai suatu kertas yang sudah terisi dengan tulisan-tulisan samar dan belum jelas arti dan maksudnya, maka peran kita sebagai pendidik adalah membantu menebalkan dan menjelaskan arti dan makud dari tulisan trsebut."

Budi pekerti terbagi menjadi dua bagian yakni:

1. Bagian biologis 

Bagian biologis meliputi rasa takut, rasa malu, rasa kecewa, rasa iri, rasa egois, rasa berani, dan segala perasaan dan jiwa manusia yang tidak dapat diubah.

2. Bagian inteligble

Bagian inteligible merupakan bagian kecakapan dan keterampilan pikiran, kemampuan menyerap pengetahuan yang dapat berubah karena pengaruh keadaan dan lingkungan. 

"Inteligible murid berubah dari ketidaktahuan tentang pengetahuan menjadi tahu dan sadar , sehingga murid dapat memikirkan, merasakan, dan mempertimbangkan perilaku yang dilakukan" 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun