Mohon tunggu...
Setiyowati
Setiyowati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mulutku harimau-ku. Maka saya menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konflik Suriah, Lapangan Perang Internasional

31 Agustus 2023   11:32 Diperbarui: 31 Agustus 2023   11:53 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi masyarakat sipil korban perang di Suriah (Pixabay)

KONFLIK DI SURIAH

Suriah sebagai salah satu negara yang berada di wilayah kawasan timur tengah tidak lepas dari adanya konflik. Konflik yang mulai bergejolak pada tahun 2011 masih belum kunjung menemukan titik damai hingga saat ini. Konflik ini tidak lepas dari adanya pengaruh Arab Spring di negara-negara Arab. 

Fenomena Arab Spring yang merupakan gelombang protes dari rakyat pro demokrasi bermula di Tunisia pada tahun 2010 kemudian menyebar di Libya, Mesir, dan hampir di seluruh negara-negara Arab tak terkecuali Suriah. Arab spring di Suriah melahirkan oposisi yang menentang rezim Bashar Asad lalu meluas menjadi perang saudara. Satu tahun sebelum fenomena Arab Spring terjadi di Suriah, Presiden Bashar Asad merayakan 3 tahun periode kedua setelah mendapat jabatan dari ayahnya, Hafidz Ashad.

Arab Spring yang dilatar belakangi tuntutan adanya demokrasi di negara-negara Arab berubah menjadi mimpi buruk bagi Suriah. Perang yang berkepanjangan menjadikan warga Suriah sebagai korban. Salah satu saluran berita milik AS, CNN, kerap menyiarkan berita mengenai warga Suriah yang menjadi korban perang seperti salah satu anak laki-laki yang selamat dari ledakan bom serta seorang anak perempuan yang ditemukan dengan muka berlumuran darah dan menangis mencari Ayahnya sesaat setelah serangan udara. Berita mengenai korban di Suriah ini lantas menimbulkan perhatian publik serta PBB.

Ilustrasi intervensi negara asing di Suriah (Pixabay)
Ilustrasi intervensi negara asing di Suriah (Pixabay)
INTERVENSI NEGARA ASING

Tak kunjung usainya konflik di Suriah juga disebabkan karena adanya intervensi negara asing. Perang saudara di Suriah antara rezim Bashar Asad yang didukung oleh Rusia dan Iran berhadapan dengan free syrian army (syrian opposition group) yang didukung oleh AS, Turki, dan Arab Saudi. Hadirnya negara asing pada perang saudara di Suriah berkaitan dengan kepentingan negara-negara tersebut. Sejak Perang Dunia ke-2, wilayah Suriah dijadikan tempat bagi jalur pipa minyak dari negara-negara Arab ke Eropa. 

Tidak hanya jalur pipa minyak, Suriah juga menjadi tempat bagi dua saluran pipa gas Rusia yang dapat menjangkau Eropa. Letak geografis Suriah yang dapat membuka akses ke Laut Mediterania menjadi motivasi bagi Rusia untuk terus melakukan intervensi berupa dukungan terhadap rezim Bashar Asad. 

Rusia juga berkepentingan besar dalam hal perdagangan senjata untuk melawan hegemoni AS di kawasan wilayah Timur Tengah karena setengah dari perdagangan senjata AS diekspor ke wilayah Timur Tengah. Rusia yang menjadikan Suriah sebagai sekutu utamanya di kawasan Timur Tengah terus mendukung rezim Bashar Asad terutama saat serangan AS diluncurkan ke Suriah karena menduga penggunaan gas kimia beracun.

Turki memiliki kepentingan di Suriah karena terdapat bangsa kurdi yang bermukim di perbatasan Suriah. Kurdi sebagai bangsa besar yang termarjinalkan dan mendambakan kemerdekaan menjadi ancaman tersendiri bagi Turki. Bangsa Kurdi terpencar di beberapa negara seperti Turki, Irak, Iran, dan Suriah. Perang saudara di Suriah justru menjadi momentum bagi Bangsa Kurdi untuk tampil sebagai bagian penting pasukan Suriah dalam memerangi kelompok ISIS. Oleh karena itu Turki memberikan dukungannya terhadap kelompok oposisi.

Turki sendiri melarang penggunaan Bahasa Kurdi sejak peristiwa tahun 1922-1924 saat Bangsa Kurdi mendirikan Negara Darurat Kurdistan yang dapat ditumpas oleh militer Turki. Faksi kurdi yang berada di Turki yaitu PKK (Partai Pekerja Kurdistan) dimasukkan kedalam kelompok teroris internasional.

Intervensi dari Arab Saudi dan Iran yang mendukung kubu berlainan sudah merupakan hal umum pada setiap konflik yang terjadi di kawasan wilayah Timur Tengah seperti konflik di Yaman. Suriah turut memperpanjang konflik panjang antara Arab Saudi dan Iran yang memiliki kepentingan untuk menancapkan pengaruh ideologi yang berbeda yaitu Sunni dan Syiah di Suriah untuk mendominasi pengaruh di wilayah kawasan Timur Tengah. Rezim Bashar Asad yang mendukung Hamas dan Hezbullah yang memiliki ideologi Syiah mendapat dukungan dari Iran sedangkan Arab Saudi memberikan dukungan terhadap kelompok oposisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun