Mohon tunggu...
Nur Setiono
Nur Setiono Mohon Tunggu... lainnya -

Pensiunan swasta yang senang mengamati kehidupan sosial/kemasyarakatan. Sok merasa sibuk. Iseng suka tulas tulis kecil. Ngebanyol OK (tapi bukan pelawak). Serius gak ketinggalan (tapi bukan pakar). Berdomisili di pinggiran Jakarta Timur

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Lemah Syahwat [haha-hihi....]

8 Februari 2016   23:48 Diperbarui: 8 Februari 2016   23:57 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Seorang pejabat senior pemerintah pada waktu belakangan ini sering termenung, terutama saat melihat rekening  atau buku tabungannya yang terkesan tidak wajar, maksudnya sudah bertahun tahun menjadi pejabat di instansi basah yang banyak proyeknya tapi tabungannya nggak nambah nambah.

Dia membandingkan dengan teman teman  selevel, rata rata mereka sudah memiliki sejumlah  rumah mewah, mobil keluaran terbaru berjejer, tabungannya berjibun, anak anaknya sekolah di manca negara serta kekayaan lainya yang tidak terlihat  padahal mereka atau keluarganya tidak punya bisnis apa apa, sedangkan dirinya tidak kaya-kaya, hidupnya pasa pasan.

Dia merasa malu dan minder, “masak jadi pejabat kok nggak kaya” keluhnya. Satu satunya mobil yang dia pakaipun plat merah alias kendaraan dinas jabatan. Kediaman yang ditempatinya Rumah BTN (baca : Bayar Tapi Nyicil) itupun belum lunas angsurannya. Dia bingung, inginnya bertanya kepada teman teman tersebut tentang rahasia bagaimana mencari uang banyak, tapi gak berani. Ujung ujungnya dia mendatangi orang pintar alais dukun untuk bertanya, kenapa kok nasibnya tidak sejaya temen temannya.

Di tempat praktek sang dukun dia diminta untuk menguraikan berbagai hal, dari urusan pekerjaan sampai ke hal hal yang menyangkut kehidupan pribadi dan keluarganya, termasuk mengorek masa kecilnya, persis kalo konsultasi dengan psikolog. Setelah berjam jam konsultasi., lebih tepatnya curhat, akhirnya si dukun mengambil kesimpulan bahwa, “bapak lemah syahwat, bahkan tidak bergairah sama sekali. Untuk itu perlu menambah menu makanan pokok”  ujarnya dengan yakin. Mendengar kesimpulan semacam itu, sang pejabat  rada tersinggung…

wah nggak bener itu, saya dalam satu malem bisa berulang kali, malah isteri saya yang sering termehek- mehek”  ungkapnya dengan nada tinggi., “lagi pula kalo soal makan, saya selalu mengkonsumsi yang bergizi baik”  imbuhnya lagi.

“Ehm….ehm… maksud saya lemah syhwat KORUPSI-nya”  jawab si dukun, dengan serak serak basah

“terus apa maksud menambah menu makanan itu?”  tanya si pejabat, penasaran.

“selain bapak makan uang gaji, bapak mesti nambah  makan uang proyek” jelasnya, sembari terkekeh kekeh.

Si pejabat   : “…….### ??????...... gedubruakkk!....”  jatuh pingsan.

**** hehehehehehe….

Jakarta, 08 Pebruari 2000 16;

-       Nur Setiono –

(si Abal Abal)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun