Mohon tunggu...
Nur Setiono
Nur Setiono Mohon Tunggu... lainnya -

Pensiunan swasta yang senang mengamati kehidupan sosial/kemasyarakatan. Sok merasa sibuk. Iseng suka tulas tulis kecil. Ngebanyol OK (tapi bukan pelawak). Serius gak ketinggalan (tapi bukan pakar). Berdomisili di pinggiran Jakarta Timur

Selanjutnya

Tutup

Humor

Maskolis Ngebet Jadi Menteri

19 Oktober 2011   13:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:45 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai hasil reshuffle kabinet diumumkan, ternyata Maskolis tidak kunjung juga dipanggil ke kediaman presiden di Cikuwas, padahal dia sangat berharap dijadikan salah satu menteri pengganti yang dianggap performanya kurang memuaskan sang presiden. Kalo nggak jadi menteri, iya setidaknya jadi wakilnya gitu lho, karena selama ini memang dia sudah menyandang pangkat sebagai pegawai golongan 1A, sebagaimana pra-syarat sebagai wakil menteri.

Maskolis bekerja dilingkungan istana sudah lebih dari sepuluh tahun, bahkan posisinya konon berada di ‘ring’ satu keperesidenan, artinya orang ‘dekat’ presiden. Setiap hari sebelum presiden masuk ke ruangan kantornya, Maskolis sudah musti lebih dahulu ada disitu, demikian juga ketika presiden pulang, dia masih bercokol disitu. Maklum maskolis adalah staff yang memperoleh kercayaan untuk tugas tugas khusus, dalam rangka memudahkan dan memberi kenyamanan sang presiden dalam mengambil keputusan. Bagitu pula saat mau sidang kabinet, dia harus sudah sigap berada diruang rapat sekian jam sebelum sidang dimulai.

Pengabdian yang sudah demikian tinggi loyalitas dan dedikasinya terhadap presiden, realitanya Maskolis tidak ditunjuk sebagai pejabat tinggi negara. Hal ini tentu membuat dirinya kecewa berat. Dia pikir, mungkin ini gara gara dia pernah ditawari untuk mengabdi juga di kantor partai sang presiden, tapi ditolaknya lantaran jarak antara kantor dengan rumah petak yang dikontraknya teramat jauh, belum lagi ongkos bis harus nambah, sementara bus way tidak melewati daerah kumuh tempat tinggalnya tersebut.

Pagi ini sengaja dia tidak berangkat kerja, padahal di istana sedang mau ada acara pelantikan anggota kabinet dan wakil menteri hasil reshuffle yang diumumkan semalam. Dia ngedumel dalam hati, “rasain lho gue enggak datang, pasti persiapannya kalang kabut”. Dia juga nggak nonton pelantikan via TeVe, karena dianggapnya nggak menarik. Ketika dia sedang ngelamun di depan pintu kontrakannya, sambil ngerokok ‘klembak-menyan’ kiriman eyang kakungnya dari Jawa, lewatlah Herry FK sembari nuntun kambing berbulu item, konon kambing tersebut mau dilego buat beli beras, sebab harga pasarnya lagi bagus, maklum menjelang Idul Qurban.

“Hai Lis,…… Maskolis elu anggak kerja?. Napa, kok muka elu ditekuk begitu, elu sakit?” tanya Harry, bukan basa basi

“Ah males,….. masak gue sudah lama kerja di istana nggak diangkat jadi menteri ato wakilnya” jawab Maskolis kecut

“Ahay,……. salah sendiri, elu nggak mau masuk partai sih” ujar Harry.“Tapi gue juga heran, kenapa gue juga nggak dipanggil ke Cikuwas padahal khan gue Ketua Umum Partai ‘Kambing Item’” tambah Herry FK

“Udahlah,……… gue pusing!. Mending gue ngundurin diri kerja di istana” kata Maskolis berputus asa

“Lho…. Lho kok gitu, katanya elu kerja di ring satu istana kepresidenan, sayang dong sama karir yang udah elu rintis sejak lama” respon Herry FK

“Abisnya kerja gue nggak pernah maju maju, saban hari MUNDUR terus” keluh Maskolis

“Eh…….. emangya di istana tugas pkok elu apa’an?” tanya Herry penasaran

“Kerjaan gua tukang NGEPEL lantai atau NYEDOT debu karpet istana” jelas Maskolis, rada tersipu sipu.

Herry FK: “…… ?????..... mana ada kerjaan gitu MAJU….”

** foto dibawah nyomot dari google chrome.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun