Setelah sekitar empat bulan saya ikutan 'berisik', cuap cuap via tulisan di kompasiana, baik berupa komen atas tulisan teman teman kompasianers maupun membuat artikel bermotif serius, mbanyol, ngejebak, cerita pengalaman, puisi dsb. ternyata ada keasyikan tersendiri.
Asyiknya, katagori tulisan di Kompasiana beragam sehingga makin menambah khasanah perbendaharaan pengetahuan kita. Satu tulisan bisa melengkapi tulisan lain. Gaya bahasa tulisannyapun beraneka corak. Maklum, 'penduduk' kompasiana campur baur, istilah kerennya 'heterogen', tapi seolah tanpa sekat. Disitu ada orang yang sudah berpredikat 'pakar', semi pakar, sok pakar sampai yang paling dasar yaitu orang 'awam'. Jangan salah, mereka juga berusia variatif dari mulai ABG beneran, alias Anak Baru Gede hingga ABG 'koeno' atau Aki-aki Berlagak Gaul (kayak penulis  he....he.... he.......)  Sudahlah !!. Pokoknya warna-warni banget.
Suatu artikel adakalanya cuman satu atau dua kalimat saja. Bahkan ada yang nampang cudulnya doang, Isinya satu hurufpun tidak ada. Istilahnya 'kosong melongpong'. Ini nampaknya berupa kreatifitas sang penulis dan memang disengaja begitu agar merangsang reaksi pembaca. Kenyataanya benar, komentar berjibun lebih dari seratus, saling saut-menyahut. Nah ....... di kolom tanggapan itulah si penulis baru bicara lewat tulisan.
Sebaliknya, ada juga artikel yang panjang lebar, namun yang membaca dan komennya nampak kurang bergairah alias lesu dan sepi bagai di kuburan.
Yang seru dan lucu, terkadang para komentator saling serang sendiri diantara mereka, malahan  isi komennya ada yang kian mengembang keluar konteks dari tulisan induknya.
Konten ledek-ledekan dalam menanggapi suatu tulisan banyak pula ditemui. Terutama pada tulisan yang berthema humor. Adakalanya malah komennya justru lebih kocak dari isi artikel banyolan yang dikomentarinya itu sendiri.
Unik memang kompasiana ini. Kita bebas menulis dan komentar semau dan semampu kita sendiri. Rata rata tulisan maupun komentar yang bermunculan masih selalu menjaga etika dan privasi para kompasianers itu sendiri. Tentu ini sesuatu yang sangat bagus dan patut tetap dipertahankan. Kalau ada yang cenderung provokatif pada hal-hal negatif terhadap rasa kebersamaan atau persahabatan diantara kompasianers, sudah barang tentu senantiasa diingatkan oleh yang lain. Satu-dua yang selalu 'slonong boy' alias nyleneh dalam berkomentar, itu hal yang wajar saja. Namanya juga manusia.
Bilamana kita simak satu persatu komentar atas sebuah tulisan, disitu ada yang gemar hanya dengan kalimat pendek saja. Akan tetapi tidak sedikit pula yang hobbynya berkomentar dengan kalimat yang panjang, sehingga isi komennya terasa  lebih komplit dibandingkan dengan artikel utamanya itu sendiri.
Menurut hemat saya, kalau memberi komentar buatlah dengan kalimat yang pendek-pendek saja, misalnya, maksimum hanya tiga baris. Jika kita ingin berkomentar lebih jauh apalagi dimaksudkan untuk melengkapi tulisan yang dibacanya, alangkah baiknya bilamana kita menuliskannya dalam bentuk artikel tersendiri saja. Â Karena, siapa tahu ternyata justru tulisan (komennnya) tersebut jauh lebih mendalam pembahasan, kajian maupun perbendaharaan pengetahuannya dari pada tulisan induknya. Disamping itu pula, siapa tahu malah tulisannya akan dipajang menjadi HL dan lebih banyak mengundang tanggapan.
Hemat saya lagi, apabila di publish dalam bentuk tersendiri, selain berfungsi selaku tanggapan, juga sebagai share pengetahuan/informasi buat halayak kompasiana lainnya, sebab cakupan pembacanya akan jauh lebih luas. Yang penting, tentunya ini tidak bertujuan mengecilkan esensi tulisan awal sebagai induk tulisannya itu sendiri.
Memang saya kadangkala juga merasa ada sesuatu yang kurang, jika tidak berkomentar banyak atas suatu tulisan teman-temin kompasianers. Tetapi tak jarang pula saya menulis secara terpisah dengan merujuk atau perolehan inspirasi dari tulisan yang dibaca sebelumnyaa tersebut.
Terima kasih.
Jakarta, 27 September 2010
-Nur Setiono-
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI