Mohon tunggu...
Nur Setiono
Nur Setiono Mohon Tunggu... lainnya -

Pensiunan swasta yang senang mengamati kehidupan sosial/kemasyarakatan. Sok merasa sibuk. Iseng suka tulas tulis kecil. Ngebanyol OK (tapi bukan pelawak). Serius gak ketinggalan (tapi bukan pakar). Berdomisili di pinggiran Jakarta Timur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bahasa Menunjukkan Bangsa # 16-1 (Bagian dari Seni Berkomunikasi)

29 Juli 2010   19:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:28 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada persamaan antara manusia dengan makhluk hidup lainnya.  Yakni sama sama memiliki naluri biologis untuk berkembang biak (seks), makan, minum, buang hajat serta mempertahankan diri dari segala bentuk ancaman dan serangan.  Perbedaanya, bahwa manusia dibekali juga akal, pikiran, perasaan, kebutuhan maupun keinginan atau hasrat yang tidak ada batasnya namun tidak akan mungkin terpenuhi seluruhnya, serta mempunyai metoda untuk berinteraksi antar sesama manusia itu sendiri. Bahkan dengan makhluk hidup lainnya.  Semisal, tehadap binatang.

Kita tidak bisa membayangkan seperti apa jadinya,  bilamana dalam melakukakan semua interaksi sosial antara manusia yang satu dengan lainnya tidak berbekal metoda, cara, alat atau simbol simbol hubungan yang mampu saling dimengerti.  Efektifitas penyampaian isi hati,  pikiran, ide, gagasan maupun keinginan sudah barang tentu akan terkendala.  Salah satu alat berinteraksi untuk menjalin komunikasi/hubungan antar manusia adalah BAHASA.

Sesuai kadar kepentingannya, secara umum kita mengenal beberapa katagori bahasa.  Pertama, Bahasa Lisan; Yaitu suatu ungkapan yang disampaikan dalam bentuk ucapan melalui mulut, berupa serangkaian bunyi bunyian yang mengandung makna tertentu. Kedua, Bahasa Tulisan; yakni ucapan yang dialihkan kedalam bentuk visual berupa rangkaian simbol simbol yang biasa disebut huruf, angka  maupun tanda baca lainnya lalu dengan kaidah baku dituangkan/digoreskan pada suatu permukaan medium penunjang komunikasi. Seperti daun, kertas dan sebagainya. Sehingga bisa dibaca dan dimengerti karena  memiliki makna/arti tertentu.  Ketiga, Bahasa Isyarat atau Bahasa Tarzan; dalam konteks ini bisa berupa suara sirine, kentongan dan lain sebagainya.  Dapat juga berwujud gerakan anggota badan termasuk tangan sehingga mengisyaratkan suatu arti tertentu. Contohnya, untuk para penyandang tuna rungu dan wicara, pernah pada beberapa tahun lalu disetiap program siaran berita TVRI selalu divisualisasikan gerakan gerakan tersebut.  Penayangannya memang hanya berupa 'insert' (sisipan kecil) di sudut bagian atas layar monitor TV.

Beraneka ragamnya bahasa di dunia ini, sudah barang tentu sejalan dengan banyaknya etnis atau suku bangsa itu sendiri. Bahasa disamping berfungsi sebagai alat bergaul (interaksi), sekaligus  juga  merupakan sarana memersatu bagi para penggunanya.

Bangsa Indonesia sendiri memiliki ratusan bahkan mungkin ribuan bahasa, sesaui dengan banyaknya suku di daerah.  Namun didalam menyenggarakan pergaulan secara nasional ada bahasa persatuan, yaitu Bahasa Indonesia.  Dimana formulasinya berasal dari Bahasa Melayu (Riau) + Bahasa Daerah lain + Bahasa Asing.

Bahasa, tanpa kecuali Bahasa Indonesia sebagai bagian dari unsur seni, tentunya senantiasa dinamis seiring dengan perkembangan peradaban manusianya itu sendiri, yang tidak pernah lelah untuk berhenti.

Kekhasan tiap daerah bisa termanifestasikan dari logat atau gaya penyampaian bahasanya. Orang Bali akan beda gaya pengungkapan suatu persoalan dengan orang Batak, Maluku, Papua, Padang dan atau daerah lainnya. Padahal bahasa yang dipergunakannya sama, Bahasa Indonesia.

Keluhuran budi pekerti suatu masyarakat juga dapat ditunjukkan dari cara mereka mempergunakan bahasanya.  Bahasa Jawa, termasuk mungkin pula bahasa daerah lain sepertinya memiliki starata,  malah kosa-kata  terpisah -beda penempatan-  terhadap siapa lawan bicaranya. Untuk berbincang dengan teman sebaya yang sudah akrab, akan berbeda pilihan kata-katanya dibandingkan dengan kalau berbicara kepada sebaya yang baru dikenalnya.  Apalagi bertutur kata dengan orang yang lebih tua atau mereka yang mempunyai status sosial lebih tinggi, tentu ada 'pakem' (pedoman) tata cara, adat berbahasa.  Dimana pada umumnya, ketika berbicara harus disertai mimik wajah, posisi maupun gerak tubuh tertentu yang mesti dijalani dengan baik, sebagai bentuk kesopan-santunan berinterksi.

Dari prilaku tersebut diatas, seolah-olah terasa kental nuansa feodalistiknya atau kesenjangan jarak dalam berkomunikasi, terlebih jika dicerna dari sudut pandang budaya -Barat- yang sangat berlainan.  Nah,  disitulah letak keunikan kita, berinterkasi melalui alat bahasa yang merupakan salah satu harta kekayaan seni budaya bangsa Indonesia.

Penilaian seseorang terhadap suatu masalah bisa berubah, hanya karena cara  penyampaian  sanggahan dari fihak lain dengan bahasa yang tepat. Tujuan yang baik jika dikemukakan dengan cara berbahasa yang salah, justru malah akan menuai hasil yang buruk.

Jakarta, 30 Juli 2010.-

Oleh  : Nur Setiono

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun