Mohon tunggu...
paulus setiohutomo
paulus setiohutomo Mohon Tunggu... -

lulusan STF Driyarkara, pernah jadi jurnalis di EDITOR, Berita Buana dan sampai sekarang jurnalis freelance dan menulis untuk pihak2 yang meminta jasa penulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orang-orang Sulit di Depan Mata

25 November 2016   16:59 Diperbarui: 25 November 2016   17:36 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya cuma membayangkan betapa Presiden kita sebulan terakhir ini tidak bisa bekerja dengan tenang sesuai dengan motonya kerja kerja dan kerja. Bagaimana tidak ? Kondisi dan suhu politik terutama elitnya menjadi memanas dan begitu banyak kata-kata yang dulu jarang diucapkan tapi sekarang menjadi sangat biasa. Kata aktor politik, dalang, aksi makar, radikalisme, rezim dan kata-kata dogmatik malah dijadikan pembenaran orang dan kelompok  menjadi bertaburan di media massa terlebih lagi di media sosial. 

Di media sosial malah lebih luar biasa seperti negeri kita sungguh sudah terpecah belah. Medsos dengan kelebihan viralnya tampilkan  opini orang dan kelompok bersaling silang pendapat. Bahkan seringkali sudah saling mengumpat terjadi dan dalam  waktu sekejap sudah tersebar se antero Nusantara. Dari situasi yang panas ini begitu banyak juga orang mencuri kesempatan untuk mencari panggung eksistensi diri. 

Jika memandang itu semua, saya hanya membayangkan bahwa semakin nyata dan terang benderang bahwa orang-orang sulit ternyata masih banyak di depan mata kita. "Difficult persons" dalam paradigma dunia kerja pun diperkenalkan dan lazim ditemui. Bagaimana menghadapi orang-orang sulit memang bukan pekerjaan mudah. Inilah PR besar untuk pemerintah dan juga untuk kita semua seharusnya tidak masuk kategori itu.

Tipe-tipe orang sulit sangat sederhana digambarkan. Di tengah-tengah situasi seperti sekarang ada banyak tipe seperti ini:

1. Merasa paling senior

Ciri-cirinya arogan dan merasa paling hebat dari siapapun , cenderung meremehkan orang lain dan memang hobinya berbicara kasar dan senang sekali melihat kegagalan orang lain

2. Gaya "Ngebossy"

Ciri-cirinya : sangat dominan  dan mau menang sendiri dan cenderung lebih suka ambil keputusan seorang diri, tidak mudah percaya dan menyikapi orang lain tanpa rasa respect

3. Keras kepala

Ciri-cirinya : merasa diri yang paling benar dan cenderung menyalahkan orang lain, melihat masalah secara "hitam-putih" dan biasanya tidak mau dan mampu memahami sudut pandang  orang lain.

4. Demotivated

Ciri-cirinya : tidak komit dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan, selalu tak hadir dalam keadaan genting, selalu menyalahkan keadaan di luar dirinya dan tak mau dan mampu berintrospeksi, lebih suka "mempersoalkan" suatu masalah daripada menyelesaikan masalah itu sendiri.

5. Trouble maker

Ciri-cirinya : orangnya sinis,suka kasak kusuk dan nggerundel (omong di belakang/gosip), negatif feeling terhadap keberhasilan orang lain,lebih suka memanfaatkan situasi untuk kepentingan diri sendiri dan kelompoknya, kadang punya perilaku sabotase dan menyerang secara diam-diam dari belakang.

Kelima tipologi orang-orang sulit itu sekarang sudah ada di depan mata kita. Mereka bertebaran di sekitar kita yang menghambat pekerjaan besar negara kita yaitu mensejahterakan rakyatnya. Tugas kita adalah mengatasinya dengan hati-hati dan bijak dan dengan respec. Namun kita yang mau maju dan berpikir positif perlu terbuka meski tetap tegas membuka hati mereka tanpa harus menghakimi mereka. Semoga saja "orang-orang sulit" ini segera bisa diatasi oleh kita, dan di tataran elit, pemerintah harus tak kunjung putus membuka komunikasi dengan suasana kondusif.  Atau sebaliknya jika gagal,orang-orang sulit justru menguasai kita.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun