TINGKAT literasi keuangan atau pengetahuan dan pemahaman masyarakat Indonesia khusunya generasi muda terhadap produk atau lembaga jasa keuangan sudah cukup tinggi tapi tingkat utilitas nya justru masih rendah. Hal ini diungkapkan oleh Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sri Rahayu dalam Dialog KNPI dengan OJK yang bertema”Pemuda Pendorong Sektor Keuangan”, Selasa (15/4) di Kirana Room, Kartika Chandra, Jakarta.
Hal ini terbukti lewatsurvei yang dilakukan oleh OJK tahun 2013 tingkat literasi para pemuda lebih tinggi dari penduduk yang usianya lebih tua. Sebagai contoh di kelompok usia 18 – 25 tahun tingkat literasinya sudah 23%tapitingkat utilitasnya sudah 43.9%. Utilitas disini artinya kegiatan memanfaatkan kegiatan dan produk perbankan seperti giro, dll. Sementara penduduk usia 36 – 50 tahun tingkat literasinya itu 22,45 %. Bisa disimpulkan bahwa responden termuda sering melakukan peminjaman melalui lembaga informal, sedangkan responden yang usia menengah melakukan peminjaman melalui lembaga formal.
Karenanya,menurut Sri Rahayu , OJK terus berupaya meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya investasi di lembaga jasa keuangan formal. Selain meningkatkan kesejahteraan masyarakat, investasi melalui lembaga jasa keuangan formal juga mampu meningkatkan pergerakan ekonomi nasional.
Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen ini mengatakan, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia tahun 2013 hanya 21,8 persen atau sebanyak 78,2 persen belum memiliki pemahaman mengenai produk atau jasa keuangan. Sementara, penggunaan produk layanan keuangan hanya dinikmati 40,3 persen masyarakat Indonesia, sisanya 59,7 persen belum mengakses layanan lembaga keuangan formal.
Dari hasil survei tersebut, sejak beroperasi Januari 2013, OJK terus fokus menggarap program edukasi dan perlindungan konsumen. “Kami menggarap khusus literasi keuangan masyarakat Indonesia, agar tingkat literasi masyarakat Indonesia meningkat baik penguasaan atau kepercayaan terhadap layanan atau produk lembaga jasa keuangan,” ujarnya .
Selain tingkat pemahaman yang rendah, investasi keuangan yang ada saat ini juga belum merata. Penduduk Indonesia di usia 15-54 tahun tergolong pada tingkat pengeluaran dengan literasi keuangan dan penggunaan cukup tinggi. Usia itu didominasi pekerja di sektor formal, seperti karyawan dan kalangan profesional.
“Yang rendah literasi maupun utilisasi jasa keuangan formal oleh pensiunan, mahasiswa, pelajar, dan ibu rumah tangga,” katanya.
OJK sudah menyusun strategi nasional literasi keuangan Indonesia dengan tiga pilar, yakni edukasi dan kampanye nasional, penguatan infrastruktur, dan pengembangan produk jasa keuangan bersama dengan industri agar terjangkau masyarakat di pelosok daerah. Tahun 2014, OJK akan bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, memasukkan program edukasi keuangan dalam materi pembelajaran di sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H