Disini pada akhirnya, kita sampai pada pemikiran mengenai "motif". Motif adalah alasan seseorang untuk melalukan atau tidak melakukan sesuatu. Setiap tindakan manusia, mustahil tanpa adanya suatu motif atau "itikad" dari dalam diri. Motif manusia baik yang muncul kepermukaan maupun yang tersembunyi beragam jenisnya. Mulai dari motif ekonomi (Mayoritas alasan suatu tindak kejahatan), motif politik, motif kekuasaan, hingga motif aktualisasi diri.
Saya orang yang hampir tidak percaya bahwa ada orang yang melakukan sesuatu tanpa memiliki motif apapun. Seorang Guru atau Dosen, tetap memiliki motif untuk dihargai oleh para siswa dan mahasiswanya. Seorang yang menjadi tokoh masyarakat, sebaik apapun ia tetap memiliki motif kekuasaan, agar pengaruhnya tak terkikis. Begitu pula misalnya orang-orang yang menjadi juru kampanye atau tim sukses, tetap memiliki motif ekonomi agar kelak diangkat dan nasibnya menjadi lebih baik.Â
Jika ada orang berkata saya ikhlas, tidak ada motif apapun rasanya terdengar sumir. Kita bukan malaikat yang suci, terjaga dari kesalahan. Kita manusia biasa. Sekecil apapun perilaku seseorang atau kelompok, yang berusaha menghindari suatu masalah dan menjaga nama baik, itu sudah menjadi bagian dari motif.Â
Siapa yang mau, dihujat atau dicibir masyarakat karena melakukan pelanggaran sosial? Dan apakah menjaga nama baik, ingin terlihat baik di mata masyarakat, tetap menjaga kehormatan keluarga itu merupakan kesalahan dan artinya kita tidak ikhlas dalam berbuat? Jawabannya adalah tidak. Bahkan orang melakukan suatu ibadah keagamaan pun memiliki sebuah motif, yaitu mendapatkan pahala dan beroleh surga.Â
Oleh karena itu, seperangkat aturan yang dibuat baik dikalangan bangsawan maupun  warga biasa itu sangat penting. Pranata sosial, yang terdiri dari Pranata Pendidikan, Pranata Agama dan Paranta Hukum  mengawal segala tindakan masyarakat agar berjalan "sebagaimana umumnya" dan "sesuai normal atau kewajarannya". Maka dari itu jika konsep "nama baik" ditanamkan sejak dini justru bagus.Â
Orang akan menjaga diri, kehormatan keluarga, kelompok, suku, bangsa hingga agama karena berusaha menjaga nama baik. Tidak perlu takut ada orang menghujat, menyebut kita bermotif melakukan sesuatu. Kita tidak ikhlas. Karena mereka tidak sadar, bahwa mereka hanyalah manusia bukan malaikat. Yang selalu memiliki motif dan berjuang menjaga nama baik. Siapa suka, jika keluarganya terpuruk dalam kemiskinan dan permasalahan? Hanya kita yang paham betul jawabannya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H