Mohon tunggu...
Setio Budianto
Setio Budianto Mohon Tunggu... Guru - Saya adalah seorang Praktisi dan Akademisi Pariwisata, juga Guide Berbahasa Inggris. Disamping itu menulis buku fiksi dan non fiksi

Saya menyukai Pariwisata dan kebudayaan, sejarah terutama masa klasik Hindu Buddha. Juga menyukai perjalanan wisata serta topik mengenai lingkungan hidup serta pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Nama Baik

16 Juli 2023   16:38 Diperbarui: 16 Juli 2023   17:35 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Disini pada akhirnya, kita sampai pada pemikiran mengenai "motif". Motif adalah alasan seseorang untuk melalukan atau tidak melakukan sesuatu. Setiap tindakan manusia, mustahil tanpa adanya suatu motif atau "itikad" dari dalam diri. Motif manusia baik yang muncul kepermukaan maupun yang tersembunyi beragam jenisnya. Mulai dari motif ekonomi (Mayoritas alasan suatu tindak kejahatan), motif politik, motif kekuasaan, hingga motif aktualisasi diri.

Saya orang yang hampir tidak percaya bahwa ada orang yang melakukan sesuatu tanpa memiliki motif apapun. Seorang Guru atau Dosen, tetap memiliki motif untuk dihargai oleh para siswa dan mahasiswanya. Seorang yang menjadi tokoh masyarakat, sebaik apapun ia tetap memiliki motif kekuasaan, agar pengaruhnya tak terkikis. Begitu pula misalnya orang-orang yang menjadi juru kampanye atau tim sukses, tetap memiliki motif ekonomi agar kelak diangkat dan nasibnya menjadi lebih baik. 

Jika ada orang berkata saya ikhlas, tidak ada motif apapun rasanya terdengar sumir. Kita bukan malaikat yang suci, terjaga dari kesalahan. Kita manusia biasa. Sekecil apapun perilaku seseorang atau kelompok, yang berusaha menghindari suatu masalah dan menjaga nama baik, itu sudah menjadi bagian dari motif. 

Siapa yang mau, dihujat atau dicibir masyarakat karena melakukan pelanggaran sosial? Dan apakah menjaga nama baik, ingin terlihat baik di mata masyarakat, tetap menjaga kehormatan keluarga itu merupakan kesalahan dan artinya kita tidak ikhlas dalam berbuat? Jawabannya adalah tidak. Bahkan orang melakukan suatu ibadah keagamaan pun memiliki sebuah motif, yaitu mendapatkan pahala dan beroleh surga. 

Oleh karena itu, seperangkat aturan yang dibuat baik dikalangan bangsawan maupun  warga biasa itu sangat penting. Pranata sosial, yang terdiri dari Pranata Pendidikan, Pranata Agama dan Paranta Hukum  mengawal segala tindakan masyarakat agar berjalan "sebagaimana umumnya" dan "sesuai normal atau kewajarannya". Maka dari itu jika konsep "nama baik" ditanamkan sejak dini justru bagus. 

Orang akan menjaga diri, kehormatan keluarga, kelompok, suku, bangsa hingga agama karena berusaha menjaga nama baik. Tidak perlu takut ada orang menghujat, menyebut kita bermotif melakukan sesuatu. Kita tidak ikhlas. Karena mereka tidak sadar, bahwa mereka hanyalah manusia bukan malaikat. Yang selalu memiliki motif dan berjuang menjaga nama baik. Siapa suka, jika keluarganya terpuruk dalam kemiskinan dan permasalahan? Hanya kita yang paham betul jawabannya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun