Mohon tunggu...
Setio Budianto
Setio Budianto Mohon Tunggu... Guru - Saya adalah seorang Praktisi dan Akademisi Pariwisata, juga Guide Berbahasa Inggris. Disamping itu menulis buku fiksi dan non fiksi

Saya menyukai Pariwisata dan kebudayaan, sejarah terutama masa klasik Hindu Buddha. Juga menyukai perjalanan wisata serta topik mengenai lingkungan hidup serta pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Tarian Bocah Perkebunan (6) 2008: Api dalam Sekam

22 Juni 2023   21:32 Diperbarui: 22 Juni 2023   21:36 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

       "Birowo ... Tunggu! Semua masih bisa dibicarakan!"ujar Pak Daniar .

KEDIAMAN SUDARPO

 Dirumahnya, siang ini telah berkumpul orang -- orang yang menentang kegiatan ILO tersebut. Birowo, Ipan, Pak Darpo dan Pak Broto. Juga beberapa orang lain.

       "Baik semuanya... telah kita ketahui bersama bahwa beberapa bulan kedepan perkebunan ini akan kedatangan tamu dari ILO untuk mengadakan pelatihan. Aku tahu, diantara kalian sangat tidak menyukai kegiatan ini dengan berbagai alasan. Ada yang pribadi, ada pula karena alasan konsep yang jelas, hal ini akan mengganggu kenyamanan kita selama ini. Hanya pepsanku, jangan bermain kasar, jangan vulgar, bermainlah yang cantik, rapi. Aku dan Pak Broto sudah tua. Kami sudah makan asam garam kehidupan ini. Kekerasan tidak menyelesaikan masalah. Percayalah!" Pak Darpo yang sudah tua menasehati.

       "Tapi Pak?! Ini akan mengubah segalanya! Apalagi Kacong itu dari kalangan bawah. Ia akan mengacak -- acak semuanya!" teriak Birowo lantang.

       "Birowo ... Aku tahu kau bermasalah secara pribadi dengan Kacong di masa lalu. Banyak masalah yang terjadi antara kalian. Tapi tolong, jangan gegabah... atau kau akan berakhir tragis di penjara! Kami hanya mengingatkan... kita hadapi ini secara halus. Berpikirlah, jangan serampangan dalam bertindak!" giliran Pak Broto angkat bicara. Namun rupanya Wowo sudah sulit dikendalikan. Matanya tetap merah, Ia menoleh ke arah Iwan...

       "Ipan, bagaimana? Kau ikut atau tidak?!" tanya Birowo ...

       "Aku ikut asalkan semua dipikir secara hati -- hati. Bertindak hati -- hati." balas Iwan.

       "Oke baiklah. Ayah dan Pak Broto. Terimakasih nasehatnya... aku sekarang lebih hati -- hati. Birowo agak ciut nyali melihat semua orang tak setuju dengan sikapnya yang kasar. Ia berjanji untuk lebih halus dan rapi.

       Pak Darpo dan Pak Broto menatap lekat -- lekat ke arah Birowo. Mereka tak ingin situasi situasi kedepan menjadi kacau balau...Tapi mereka tak bisa menjamin semua berjalan dengan baik, apabila melihat sikap Birowo yang demikian...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun