“Tapi disana juga masih ada orang perkebunan yang baik, misalnya pejabat yang bernama Pak Daniar. Orangnya baik, sangat baik. Juga Pak Djati. Mereka orang yang visioner,” ujar Kacong dengan mata berbinar.
Mendengar hal itu, ketiga orang asing ikut senang. Ternyata masih ada secercah harapan di perkebunan…
“Oh, betulkah?” Ludwig sampai berdiri.
“Betul, begitulah…Tak semuanya buruk. Ada malam, ada siang. Nanti kita akan mengunjungi mereka!” ujar Pak Kacong tesenyum lebar.
“Oh, kami senang sekali Pak!” ujar ketiganya hampir bersamaan. Bersamaan dengan itu, menu andalan Toko Oen muncul. Ada es krim, juga aneka roti jadul. Kudapan khas Belanda.
“Oh…mari-mari, kita rayakan awal kegiatan kita dengan menyantap makanan Eropa ini!” Pak Kacong sebagai tuan rumah ambil peran. Menu-menu Eropa ini mengingatkan para tamu akan kampung halaman. Membuat mereka ingin pulang. Semuanya telah makan, kenyang.
“Lezat sekali Pak. Senang, masih bisa merasakan makanan Belanda disini..he he he…Oh ya Pak…mengenai rencana ke Banyuwangi bagaimana?” Tanya Stefan.
“Oh ya, kita nanti naik jalan darat saja, suka adventure kan?” jawab Pak Kacong sambil tersenyum.
“Oh…tentu saja suka. Sangat menarik!” mereka jawab serempak sambil toss bersama.
--------BERSAMBUNG----
Cuplikan bab selanjutnya : kelompok anti perubahan di perkebunan mulai "kepanasan" dengan berita kepulangan Kacong ke kampung halaman...