Mohon tunggu...
Setio Budianto
Setio Budianto Mohon Tunggu... Guru - Saya adalah seorang Praktisi dan Akademisi Pariwisata, juga Guide Berbahasa Inggris. Disamping itu menulis buku fiksi dan non fiksi

Saya menyukai Pariwisata dan kebudayaan, sejarah terutama masa klasik Hindu Buddha. Juga menyukai perjalanan wisata serta topik mengenai lingkungan hidup serta pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Tarian Bocah Perkebunan (5) 2008 : Kenangan Pahit

17 Juni 2023   09:40 Diperbarui: 17 Juni 2023   10:54 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

            “Mm…maaf, Pak Kacong melamun?” giliran Johan angkat bicara.

            “Mm… pff… eh tidak…” jawab Kacong terbata… Ia agak tersipu, lalu Stefan mendekati.

Semua yang hadir jadi merasa tak enak hati, meski Johan dan Ludwig tidak begitu paham bahasa Indonesia, namun ia dapat melihat ekspresi kesedihan itu. Namun, tiba-tiba Pak Kacong berkata tapi dengan nada yang sama sekali lain.

              “Mungkin Pak Kacong bisa menceritakan sedikit tentang tanah kelahiran Bapak…” Stefan memohon. Akhirnya Pak Kacong pun buka mulut.

      “Tanah kelahiran yang sangat indah. Banyak kenangan tak terlupakan disana. Teman – teman masa kecil juga orang – orang yang baik di perkebunan. Namun, ada juga kenangan yang menyesakkan. Keluarga kami yang serba kekurangan, hingga akhirnya kami harus mengalah. Tak ada harapan lagi di sana. Tapi itulah hidup, air pun ada pasang surutnya. Disana, di perkebunan penuh cerita untuk saya” urai Kacong menerawang. 

Suaranya parau, sementara wajahnya bagai bulan di tutup awan. Tak dapat disangkal, suaranya bergetar. Tapi sebagai laki – laki yang tegar, pantang baginya untuk menunjukkan kesedihan. Stefan segera tanggap dan menepuk – nepuk pundak pria itu…

       “Oh, Pak Kacong, maafkan kami. Bukan, bukan maksud kami…” Stefan dan kedua koleganya merasa bersalah.

       “Oh tidak. Tak apa, itu memang hal pahit yang dialami keluarga kami…” suara pak Kacong tercekat.

       “Maaf Pak… Sepertinya ada orang – orang yang tidak menyenangkan dalam hidup Bapak, terutama di masa lalu…” Stefan yang sedikit lancar berbicara Bahasa Indonesia berusaha mengorek lebih jauh. Sekali waktu ia menoleh ke arah Fitz dan Jo untuk memeperoleh persetujuan. Mereka berdua manggut – manggut dalam diam...

       “Betul memang ada. Banyak orang – orang kolot di perkebunan yang anti perubahan, mereka merasa tidak nyaman dengan hal – hal baru yang mengancam eksistensi mereka. Salah satunya seorang pejabat perkebunan yang bernama Broto dan Darpo. Broto memiliki anak bernama Birowo. Sedang Darpo adalah ayah Ipan. Waktu aku kecil, kehidupan sungguh tidak mudah, terutama orang – orang kecil seperti kami. Dimusuhi, ditindas, tak diberi kesempatan sedikitpun… Sehingga akhirnya kami menyerah … Kalah!”

Ada sebentuk bongkah batu besar menghimpit dada Pak Kacong, saat mengucapkan hal itu. Nafasnya begitu panjang dan berat. Sejurus kemudian ia menghela nafas, sebelum melanjutkan. Ketiga tamu hanya terdiam menunggu...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun