BAB 2
Lorong Waktu
Pasar Burung dan aneka satwa ini terletak disebuah lembah hijau nan segar, yang dibelah oleh sungai Brantas ditengahnya. Lokasi ini cukup dekat dengan Alun-Alun kota Malang, kurang lebih seratusan meter. Setelah sampai di sebuah perempatan yang ramai lalu lintasnya, dari Alun-Alun kita harus belok kanan arah utara. Nuansa asri mulai terasa, saat menuruni Jalan Majapahit.Â
Suasana mulai kontras dengan hiruk pikuk aktivitas bisnis kota Malang : Pasar Besar, Gajahmada Plaza, Ramayana juga Alun-alun. Tertulis kalimat yang cukup mengesankan diatas gapura masuk : Alam Sakti, Pilar dan Warga Pasar Burung Kota Malang. Lokasi ini jadi wisata murah bagi siapapun. Mahasiswa, Pelajar, maupun masyarakat luas dan pebisnis yang penglihatannya lelah setelah berjam-jam bekutat dengan komputer. Melihat deretan akuarium berisi ikan hias cantik, sudah lebih dari cukup menghilangkan stress dan penat pekejaan. Dari anak-anak hingga orang tua menyukai tempat ini.
Soto ayam Lamongan dan Es Degan yang segar menyapa dengan ramah, di dekat pintu masuk...ayam soto Babon-nya yang gemuk  seolah menari mengibaskan ekornya yang sudah tanpa bulu...mengejekmu jika engkau tak mampir. Ah, Paman orang yang terlalu irit..., perhitungan! Biasanya begitu yang ia ucapkan. Warnanya yang kuning ranum setengah coklat benar-benar memanggil namamu.Â
Berharap engkau segera membelokkan badan, duduk diantara mereka, para pembeli. Penjual, yang entah orang Lamongan asli atau bukan, sungguh cerdas. Dia pamerkan seluruh tubuh ayam yang ranum utuh itu berjajar..ah benar-benar menggoda selera. Ditingkahi kuah soto yang panas sungguh menambah selera. Kucuran jeruk nipis dan sedikit kecap membuat semua semakin aduhai. Hidangan penutup adalah Es Degan disampingnya. Kedua penjual ini memang sejoli yang sepakat mengikat janji. Untuk terus bersama.
Aroma pasar burung sudah mulai terasa disini. Dikiri kanan sepasang penjual makanan minuman tadi, para penjual burung, jengkerik hingga kelinci sudah berjajar rapi menghiasi pintu gerbang. Kelinci-kelinci itu menatap pengunjung dengan matanya yang jernih dan polos. Sementara para jangkik hanya beputar di kotak-kotak sarang, menunggu para pembeli membawa mereka. Di sini, dekat gerbang burung-burung yang dijual masihlah burung murah atau standar saja. Semacam lovebird, parkit, kenari, dan burung kecil lainnya.  Arah jembatan lurus, banyak binatang aneh-aneh yang akan kita temui. Ada kelelawar, biawak, kalong, musang, marmut, puyuh, hingga ular. Aneka burung hantu juga ada. Diatasnya, ada poster yang melarang perdagangan satwa hewan dilindungi, seperti Elang Jawa. Tapi ah, itu sungguh sesuatu yang tidak mungkin bagi orang-orang kecil seperti mereka!. Buat apa repot menjual satwa dilindungi, sementara imbalannya sudah pasti bui. Sekedar buat makan saja bagi mereka sudah cukup. Tidak perlu neko-neko! Â
Mereka justru bersyukur, lewat perdagangan hewan hias ini mereka bertemu dengan para pecinta binatang. Yang tentu tidak  menyia-nyiakan hewan kesayangannya.  Apalagi dijaman sekarang, bisnis Pet Shop sungguh menjanjikan. Semakin banyak pecinta binatang. Tidak hanya kucing, anjing atau binatang konvensional lain. Namun sudah merambah ke komunitas-komunitas tak terbayangkan sebelumnya seperti pecinta reptil, sugar glider, Iguana dan lain-lain. Selain itu, hewan-hewan jika hidup liar kadang daya dukung lingkungan sudah semakin menipis.Â
Lihatlah disana! Di Kalimantan dan Sumatera.  Aktivitas pembalakan liar atau illegal logging oleh oknum yang tidak bertanggungjawab menggila : merusak lingkungan, menebang berhektar-hektar hutan tanpa merasa bersalah sedikitpun!  Dan itu terjadi setiap hari!  Hingga para gajah, orangutan dan macan serta hewan hutan lain keluar dari sarang. Karena hutan tempat mereka hidup sudah gundul. Jangan sampai kita nanti menyesal, bila hewan-hewan itu suatu saat punah.  Semua hanya tinggal dongeng saja untuk anak cucu. Mengisi museum-museum, seperti fosil purba. Juga jangan sesali, jikalau  posisi istimewa Kalimantan sebagai salah satu paru-paru dunia karena hutan tropisnya hanya tinggal kisah. Sebuah kisah yang tidak lucu dan tidak menarik untuk dituturkan!  Oleh karena itu,  agenda penyelamatan lingkungan hidup harus dimulai dari sekarang. Dan harus kompak! Pemerintah, Masyarakat, Pengusaha. Hutan dan bumi tidak hanya untuk kita huni dan nikmati sekarang ini, namun juga untuk generasi mendatang. Hendaknya kita bijak mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada. Gumam para penghuni Pasar Burung itu tiap hari, dengan tatapan tajam...
Dari jembatan belok ke kanan, adalah Pasar Ikan. Waw...beragam ikan siap membuat adem pikiran. Disini  tidak hanya ikan hias saja yang dijual. Aquarium berbagai ukuran dan segala aksesoris penghobi ikan seperti lampu, pompa penyaring, jaring, dan peralatan lain hingga batu pengisi dasar aquarium tersedia. Sementara jalanan agak menurun, di kanan sudah menyambut deretan aquarium yang dipenuhi ikan hias. Mulai yang besar seperti Koi, Arwana, Aligator, Spatula hingga kecil seperti  Cupang, Guppy, Molly yang imut ada. Mereka bercanda gurau, berenang mengejekmu...ah, Paman sekedar cuci mata yaa...atau deretan ikan komet yang kuning keemasan menari mengibaskan ekornya dan mengataimu : ah, Paman pasti mau beli ikan murah yaa....! . Ada juga Mas Koki yang berjumbai, bertubuh gembul yang menatap dan menyapamu dengan malas : Ah, Paman paling sekedar lihat-lihat saja! Hebatnya, apa yang diucapkan ikan-ikan hias itu senada dengan ekspresi wajah para penjual ikan hiasnya, he he he....! Kok bisa ya?
 Saranku, jika engkau hanya punya selembar uang kertas biru disaku, jangan bertingkah disini. Tanya-tanya harga arwana segala. Itu hanya akan membuat engkau kehilangan muka, lalu tak sadarkan diri setelah tau harganya. Arwana yang belakangnya ada embel-embel Red...Super Red atau Golden Red...harganya tak tertahankan. Jutaan hingga belasan juta. Semakin menjorok kedalam, semakin bervariasi yang dijual. Ada kura-kura Brazil yang warna hijau, Kura-kura Ambon dengan batok tempurung hitam. Ada udang hias merah. Bahkan banyak yang menjual tanaman dalam air untuk keperluan Aquascape. Aquascape adalah bentuk seni aquarium, yang lebih menonjolkan desain tanaman dan bentuk yang ada didalamnya. Bukan fokus pada ikannya. Tanaman khusus Aquascape memang hidup di dalam air, sehingga tidak membusuk biarpun terendam didalam air. Karena terfokus pada tatanan tanaman dan konsepnya, seringkali Aquascape bahkan tidak diberi ikan. Kalaupun ada, ikan-ikan super mini seperti Neon, atau Tetra-lah penghuninya. Maklum, gerakan dari ikan besar pasti akan mengacaukan konsep diorama dalam air yang diinginkan. Oleh karenanya, seni ini benar-benar cocok untuk orang yang tekun dan teliti. Di malam hari, Aquascape ini sangat indah. Apalagi bila aneka lampu dinyalakan. Benar-benar lukisan yang sempurna!
Selesai melihat ikan, kau bisa naik dan berbelok kekanan. Sekarang jalanan mulai naik. Disini komoditi yang banyak ditawarkan adalah unggas. Segala jenis itik maupun angsa bisa kau temui. Juga ayam kampung, ayam hutan maupun macan rembah atau kucing hutan. Semua siap dipinang pembeli. Hatimu akan benar-benar puas di Pasar burung ini. Segala penat, kedongkolan hatimu dijamin hilang. Sebuah tempat pelarian sempurna dari jebakan aktivitas sehari-hari...Tempat ini favorit bagi siapa saja, tak pandang bulu. Juga wisatawan asing yang banyak berkunjung ke Kota Malang ini. Banyak diantara pengujung masuk dari arah Pasar Bunga dan turun..melewati rute berkebalikan dari yang diceritakan tadi. Lewat pintu keluar... Â Â Â Â
Siang itu, terlihat dua orang bule keluar kawasan Pasar Burung. Air mukanya puas, hingga tak terasa mereka telah sampai kembali di jalan Majapahit. Segera pandangan mereka tertuju pada pamflet yang terpasang di seberang jalan "Banyuwangi Plantation Tour". Di bawahnya tertulis kata Sunrise Holiday Tour and Travel. Setelah berunding sebentar merekapun memutuskan singgah....
Kantor itu tidak terlalu besar, namun bersih dan rapi. Â Di sudut ruangan ada peta Jawa Timur besar, beserta daya tarik wisatanya. Dindingnya berwarna kuning semarak, menyapa ramah para pengunjung.
"Hello...Good afternoon...welcome to Sunrise Holiday Tour and Travel!" sapa seorang gadis sambil berdiri. Ia memberi tanda hormat...
"Hello...selamat siang...," kata bule berambut pirang dalam bahasa Indonesia yang terbata-bata.
"Oh, bagus sekali bahasa Indonesianya, perkenalkan saya Dina Afrilia, What's your name?"
"Oh, my name is Nicola. I'm from Switzerland. Nice to meet you," sapanya sambil mengulurkan tangan.
"Oh, nice to meet you too, Nicola! Wah sudah pintar berbahasa Indonesia ya...," Dina memberi applaus, mereka semua tertawa.
"Ya, sedikit-sedikit. Oh ya, ini suami saya, Stefan," ujar Nicola sambil mengenalkan seorang pria dibelakangnya.
"Ok, Dina," ucap Dina sambil tersenyum, kepada Stefan yang kelihatannya agak pendiam.
"Ok...apa yang bisa saya bantu?" setelah cukup berbasa-basi, Dina membuka pembicaraan sesuai standar perusahaan.
"Oh...kami tertarik dengan pamflet di depan, tentang wisata perkebunan. Kalau Bromo, kami sudah pernah berkunjung, tiga tahun lalu," jawab Nicola pendek.
"Ok...akan saya jelaskan ya, travel kami punya paket wisata unggulan berupa kunjungan ke perkebunan di Banyuwangi. Banyak yang nanti dikunjungi, diantaranya perkebunan Treblasala Kecamatan Glenmore, maupun Kalibaru. Di sana wisatawan bisa melakukan banyak hal, seperti membeli produk olahan perkebunan diantaranya kopi, coklat, lalu menyaksikan atraksi budaya setempat, seperti Tari Gandrung yang sangat terkenal. Berlanjut ke Pantai Sukamade untuk menyaksikan penangkaran penyu. Terakhir ke Ijen, untuk menyaksikan "Blue Fire" yang sangat fenomenal, sambil melihat para penambang belerang melaksanakan aktifitasnya...," papar Dina antusias.
"Oh, menarik sekali," ujar Nicola tersenyum sumringah. Digamitnya erat tangan Stefan.
"Berapa lama tour ini nanti?" Stefan ikut angkat bicara. Dari sorot matanya, ia diam-diam mulai tertarik.
"Bromo-Kalibaru-Sukamade-Ijen ini nanti berdurasi 4 malam 5 hari. Kalau sudah pernah ke Bromo, tak ada salahnya untuk datang lagi!" kata Dina berbinar. Tiba-tiba seseorang datang, berperawakan kecil dan ramping. Orang itu terlihat enerjik dan lincah. Tanpa ba-bi-bu ia langsung menambahkan.
"Oh, pasti senang! Di sana bisa menyaksikan proses pembuatan kopi siap saji, proses giling, dari bahan mentah hingga masuk ke pengolahan atau dryer. Alamnya sangat segar dan sejuk, betul-betul sempurna! Unforgetable moment!" ujarnya sambil mearuh tas di kursi. Sosoknya sungguh ramah dan cepat akrab dengan turis.
 "Oh ya, perkenalkan ini pimpinan kami, Pak Kacong!" ujar Dina antusias.
"He...he...kami sudah duga, pasti Manajer travel ini!" Stefan yang tadi malu-malu, akhirnya jadi akrab.
BERSAMBUNG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H