Mohon tunggu...
Setio Budianto
Setio Budianto Mohon Tunggu... Guru - Saya adalah seorang Praktisi dan Akademisi Pariwisata, juga Guide Berbahasa Inggris. Disamping itu menulis buku fiksi dan non fiksi

Saya menyukai Pariwisata dan kebudayaan, sejarah terutama masa klasik Hindu Buddha. Juga menyukai perjalanan wisata serta topik mengenai lingkungan hidup serta pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nabila

20 Mei 2023   06:05 Diperbarui: 20 Mei 2023   06:18 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Aduh Pak, dengan Nabila? Plis deh Pak. Dia itu…”

“Stop, Lusiana! Aku tidak suka! Jangan mudah menghina dan merendahkan orang lain!”

Tentu itu bukan kali pertama aku menasehati Lusiana dan geng-nya. Namun jawabannya sudah bisa ditebak. Nabila akan semakin dicemooh dan direndahkan.

Dan kini tiba saatnya, pengumuman juara dari Pak Hasan selaku Waka Kesiswaan. Diawali dengan juara Kelas hingga Jurusan. Satu demi satu para siswa dipanggil dari berbagai jurusan, diikuti sorak sorai kebanggan dari teman sekelas. Dan akhirnya saat paling menegangkan tiba. Juara Umum sekolah akan diumumkan, dan ini bukan oleh guru lagi melainkan Kepala Sekolah. Semua mata rapat terpejam, seolah bermunajat doa. Segala kebahagiaan akan mengharu biru siapapun Juara Utama. Sebuah prestise dan kebanggaan yang tak akan bisa diungkap dengan kata-kata.

Pelan Bapak Kepala Sekolah berjalan menuju podium utama. Setelah memotivasi siswa secara umum, selanjutnya dengan mantap Beliau sebut siapa juara utama. Angin dan hembusan udara seolah berhenti. Ingin ikut mendengar apa yang Beliau sampaikan.

“Juara utama, dengan nilai tertinggi di sekolah ini adalah…Nabila!”

Bagai petir menggelegar, semua seolah tersihir tak percaya. Banyak Guru perempuan, terutama yang mengajar Nabila menangis tersedu, tak kuasa menahan keharuan. Aku sendiri berkaca-kaca. Lusiana, Judith, Michelle dan Karina tertunduk lesu. Wajah mereka terbenam di lantai. Sementara Nabila berjalan tenang kearah podium. Senyumnya kulihat cerah, serasi dengan busana Muslimnya yang berwarna kuning gading, simbol kejayaan dan kemenangannya kali ini. Ia telah memukul jatuh Lusiana dan kawan-kawannya dengan caranya sendiri. Nabila, kau telah memainkan peranmu dengan sempurna, dan sangat luar biasa….

Tulungagung, Mei 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun