Mohon tunggu...
setiawan rahayu
setiawan rahayu Mohon Tunggu... -

kopi dan singkong rebus...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mirror, Mirror on the Wall, Who in The Land is Fairest of All?

16 Februari 2011   11:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:32 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_91168" align="aligncenter" width="300" caption="Cermin Ratu Jahat"][/caption] Cerita dongeng Putri Salju dan Tujuh kurcaci sepertinya menarik lagi untuk disimak sebagai cermin situasi politik saat ini yang sedang dalam ke-PD-an (bukan Partai Demokrat- melainkan Percaya Diri) dan sedang krisis eksistensi, terlebih dalam kasus Bank Century yang menyedot perhatian publik. Putri salju. Sosok ini digambarkan sesorang yang rajin dan ingin membantu, sehingga ketika bertemu dengan tujuh kurcaci dan mereka meminta bantuan putri untuk membantu dalam pekerjaan rumah sang putri dengan senang hati membantu, kehidupan rumah tangga yang dihiasi dengan semangat mencukupi segala kebutuhan kurcaci pun mengalir dalam suasana riang, saling percaya, dan bahu membahu dalam ikatan membangun. Sementara itu Ratu penguasa yang lainnya di ujung sana, hidup dengan keadaan berada. Semua tersaji, kekuasan, kekayaan. Namun, paradox dengan keadaan serba ada, kegelisahan tiap saat menghantui- ketakutan kekuasaan kan terenggut darinya. Bukan perkara aneh memang di kala semua serba ada dan tidak ada tandingan hanya satu penghalang baik diri sendiri maupun orang lain yang sebenarnya tidak mengganggu dianggap sebagai pengganggu. Ya, namanya penguasa cari musuh boleh-boleh aja dunk. Melihat kehidupan sederhana yang riang sang Ratu mengalami satu krisis PD, sampai-sampai cermin yang bagi orang saat ini hanya memantulkan realita apa adanya digambarkan mampu MENILAI, bahkan Ratu dengan kata-kata ajaibnya berkata "Mirror, mirror on the wall, who in the land is fairest of all ?" Aneh, situasi ke PD an dengan serba ada meminta penilaian dari sebuah cermin. Sebaiknya, penilaian yang hakiki muncul tidak hanya dari sebuah cermin benda mati melainkan benda hidup, mahkluk disekelilingnya. Menjadi perkara yang runyam manakala penguasa menilai kebaikan, dan diri dari dirinya sendiri. Begitu juga dengan situasi politik saat ini, cermin yang layak untuk menilai keberhasilan kepemimpinan selayaknya ditempatkan kepada rakyat sebagai cermin penguasa. Jika, hal ini terjadi maka "Mirror, mirror on the wall, who in the land is fairest of all ?" dapat berkata lain. Ya, namanya juga lagi PD, kalau-kalau hasil yang diharapkan tidak seperti yang dibayangkan apa yang terjadi ? Tidak aneh jika Ratu penguasa menyerang dengan membabi buta Putri salju dan Tujuh Kurcaci. Namun, namanya dongeng semua berakhir dengan happy ending sang Putri dan Tujuh Kurcaci hidup bahagia. Semoga demikian halnya. Wassalam. (note: cerita ini dibuat tanggal 22 Februari 2010. semoga masih merefleksikan situasi saat ini yang tetap mengalami krisis percaya diri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun