Mohon tunggu...
setiawan rahayu
setiawan rahayu Mohon Tunggu... -

kopi dan singkong rebus...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Parodi sandiwara pertikaian elit politik

25 Januari 2011   19:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:11 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perseteruan antar elit politik kini menjadi dagangan publik. Semakin runcing manakala pesta rakyat mau digelar, dan antiklimaks ketika pestanya bubar. Rekaman yang terus berputar. Bak film yang akan bubar, sepertinya mereka lupa penonton kan melemparkan hasrat amarahnya manakala cerita yang disampaikan jauh dari harapan.


Setelah kurang lebih 3 tahun, akhirnya kawan dari Bogor bersua di dunia maya. Jogyakarta kini ia bersinggah.  Telah lama sebenarnya kawan ini keberadaannya telah ku ketahui dari kawan lainnya di Palembang, namun entah kenapa ingin juga ku menyapa.

Bukan hanya Jogya. Kawan lain di Tanggerang, kini ku sambangi.  Perjumpaan belum terjadi, sekali lagi kecanggihan teknologi mempertemukan kami.  Terucap terima kasih tuk ilmu pengetahuan.

Bersua kembali satu keinginan yang kini, ingin diwujudkan, rupanya menjadi pendorong utama, tapi entah kapan dewa keberuntungan dan waktu berpihak, siapa tahu ? Ya, siapa tahu.  Toh, manusia diberi kelebihan untuk menentukan suatu praksis kehidupan.  Penghentian hanyalah kecepatan dalam posisi nol meter per detik.  Tidak lain dan tidak bukan !!

Pertemuan antar "kawan" di tingkat nasional juga menggelitik.  Masih teringat kala SBY dan Sultan yang tidak bersua, akhirnya bersua dalam suasana ringan.  Meskipun kala itu ramalan BMG menyatakan kondisi Jogyakarta mendung, dan Jakarta demikian halnya.  Toh, akhirnya mereka bertemu.  Entah, dalam hati siapa yang tahu, pastinya dalam hati ku meramal percakapan keduanya.

”Rapi juga kamu, Tan, rupanya kau cukur habis kumismu, tuk bertemu ku” ucap SBY dalam hati.

”Ah, bapak bisa saja” ucap Sultan.

Ya, namanya berandai-andai, toh tidak dilarang.  Namun, obrolan ringan ini kirannya perlu dihinggapi, jika situasi tensi politik yang ”dianggap” tegang.  Situasi serupa terhampar manakala "persekawanan" SBY dengan Mega justru yang dulunya dalam satu ”atap” kini dianggap bersitegang, tidak cocok, saling jaim. Intinya satu sama lain menganggap ”loe, kaga asik lagi deh…”

Bagi kami wong cilik, tentu ini bermasalah, bagaimana tidak, mereka kan, dianggap-sekali lagi, DIANGGAP, sebagai wakilnya rakyat,  lah wong wakilnya aja bersitegang, ber-konflik, ber-siteru, ber-”beran”, bagaimana kita?

Pasti, ancur deh, republik ini.  Perseteruan kini menjadi, parodi publik yang justru menarik untuk dipertontonkan.  Tidak ada bedanya, dengan perseteruan antara Saiful Jamil dengan dua cowo yang dianggap sedang di dalam hati Dewi Persik.  Ampun, bro, kok pake ”dianggap” lagi sih…..

Ya, perbendaharaan kata ku, memang tidak banyak, kalaupun kawan memiliki kata yang dipandang cocok, dan nge-klik (kata ini saja baru ku dapatkan) silahkan memberikan masukan.

Maaf, kembali lagi deh.. Masih teringat juga, bagaimana Presiden wanita pertama RI ini harus berseteru dengan poros tengah yang menghambat dirinya menjadi pemimpin wanita ? Toh, akhirnya dalam peluncuran buku Mereka Bicara Mega , penolakan sebagian kelompok Islam atas Mega mulai terkikis.  Tercatat, Din Syamsuddin, Said Aqiel Siradj, dan Ismail Yusanto misalnya, turut menuliskan kesan.

Untuk situasi seperti ini kiranya aku sepakat dengan pemikiran Garin Nugroho dalam kitabnya, Kekuasaan dan Hiburan.

“bahwa manusia sesungguhnya akan selalu dihadapkan dengan ciptaan dan penemuan manusia itu sendiri. Jika seminggu yang lalu Anda masih tidak mau memiliki telepon selular karena merasa tidak pernah ‘kemana-mana’ dan hari ini Anda terpaksa pergi ke kawasan Roxy untuk membeli hp setelah teman dan saudara Anda mengeluh,”Aduuh..,dari hp ke telepon rumah kan mahal, kalo ada hp kan tinggal sms aja!”, itu salah satu jawaban dari cipta karya anak manusia itu sendiri.”

Penemuan diri mungkin telah menghinggapi mereka termasuk saya dunk.  Jika beberapa waktu lamanya SBY dan Mega saling jaim, SBY dengan Sultan saling jaim, Mega dengan sebagian kelompok Islam saling jaim. Aku dengan kawan-kawan lain saling jaim. Kini, tentu saja dapat saja berubah.  Manusia memang rumit dengan segala pilihan peluang keadaan yang ada.

Penghentian selanjutnya, lantas mana yang kawan ? dan mana yang lawan ? atau tidak ada kawan dan tidak ada lawan ? mana yang pantas dicerna dari kisah perjalanan kali ini ? duh, untungnya kami tidak pernah bersiteru, bak pacar tidak ada keributan diantara kami, pokonya masih mesra buanget deh..he.he..Ya, kalau untuk orang yang berpacaran kiranya mereka itu dalam kondisi “CLBK= Cinta Lama Bersemi Kembali…”

Waduh, ini mungkin asumsi aja loh, accept as true without proof definisi yang kuambil dari AskOxford.com ini kiranya menekankan diperlukan suatu pembuktian berdasarkan prasyarat keilmiahan.  Sehingga asumsi tersebut menjadi benar dan sahih, eui cerem, kalau salah ga papa kan ? Toh, kesalahan dalam suatu penetrasi keilmuan menjadi suatu hal yang seringkali terjadi. Tapi jangan juga menjadi suatu komoditi dagangan, dampaknya serem, mengerikan. Survei politik yang terkadang gak bikin asik kontestan lain yang dianggap cantik (tuh kan pakai dianggap lagi).

Buat yang CLBK, selamat aja ya…di tunggu makan-makan nya,  end baju gratis ama ongkos pulang sekalian toh kalian juga butuh dukungan !!! Maklum, pestanya kan sebentar lagi, asal jangan.  KALAU BUTUH AJA NYARIIN !!! Jawabnya sih gampang, TUNGGU AJA KAMI GEBUKIN !!!

Wassalam.

(tulisan yang lahir 22 Desember 2008 - rupanya masih relatif hangat meradang di situasi politik yang bimbang)

*judul mengalami perubahan, Mana kawan, mana lawan ? Tapal batas kemajuan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun