Nelayan dan masyarakat sekitar pun akan dirugikan. Area tangkapan pun hilang karena dijadikan proyek. Ataupun hasil tangkapan ikan turun akibat ekosistem rusak.
Sebagian besar masyarakat trauma terhadap kebijakan ekspor pasir laut. Masih terkenang dengan jelas "kehancuran" akibat kebijakan ekspor pasir laut di masa lalu. Pulau Nipah, sebuah pulau yang posisinya sangat strategis sebagai salah satu titik dasar perbatasan dengan Singapura, hampir tenggelam. Sementara, Singapura wilayahnya menjadi bertambah luas.
Ibu, sungguh kedua pihak bertujuan baik. Semua bertujuan menjaga lingkungan, perlindungan nelayan dan kesejahteraan bersama. Perbedaan pendapat terjadi karena sudut pandang. Masing-masing pihak belum ada saling percaya, masih ada curiga. Â
Ibu, kami berjanji tidak akan rakus. Serakah untuk mengeruk sebanyak-banyak demi keuntungan. Tanpa peduli, pada saudara-saudara yang lain dan anak cucu.
Ibu, hukum kami jika salah, jewer kami jika kami lalai. Guncangan kecil di dasar laut, langkanya tangkapan ikan, ataupun cuaca yang tidak bersahabat. Agar kami selalu eling, ingat janji dan ikrar kami. Komitmen bersama kami sebagai sebuah keluarga, sebagai sebuah bangsa.
Wahai saudara-saudaraku,
Marilah kita duduk bersama dengan penuh kekeluargaan. Berbincang, berdiskusi, bertukar pikiran dengan elegan. Sampaikan pikiran dengan jernih. Keluarkan semua ide dan gagasan dengan brilian.
Jangan ada curiga, benci, dendam dan keculasan. Karena tujuan kita sama. Demi rumah besar kita (lingkungan alam), demi harga diri kita (nasionalisme) dan demi saudara kita (khususnya nelayan).
Bagaimanapun, kebijakan ini telah dimaklumatkan. Apabila ada kelemahan ayo kita kuatkan. Andaikata ada cela dan kekurangan mari kita perbaiki. Â Jika ada lalai dan khilaf, alangkah elok bila saling mengingatkan. Seumpama pun memang sangat banyak madharatnya, aturan bisa ditinjau ulang. Asal demi kepentingan bangsa dan negara.
Jangan kita biarkan ibu sedih, menangis dan bersusah hati. Apalagi sampai membuat ibu marah dan mengutuk kita.
Tuhan,