Sungguh, masyarakat Kabupaten Kebumen sangat mendukung program shrimp estate ini. Mereka berharap ada manfaat langsung yang dirasa. Warga Kebumen bisa bekerja di tambak udang. Sembari bekerja mereka bisa belajar sehingga suatu saat bisa menjadi petambak mandiri. Warga sekitar tambak pun bisa kecipratan rejeki dengan berjualan makanan, minuman, rokok dan lainnya.
Manfaat tidak langsung pun bisa masyarakat peroleh. Karena ini program nasional tentunya infrastruktur pun pasti diperbaiki. Perbaikan infrastruktur ini akan semakin menggerakkan roda ekonomi. Pendapatan, retribusi dan pajak yang diperoleh dari tambak udang ini pun bisa untuk membangun daerah sehingga keluar dari status kabupaten termiskin.
Warga tidak mau adanya shrimp estate justru menciptakan kesenjangan. Masyarakat lokal tidak ingin hanya menjadi penonton sedangkan uang mengalir keluar daerah. Sedangkan yang mereka rasakan adalah hanyalah kemiskinan, konflik dan kerusakan.
Kemauan masyarakat sebenarnya sederhana. Program tersebut bisa memberi manfaat dan tidak menimbulkan madharat. Dan satu lagi yang terpenting, tidak dikorupsi. Program shrimp estate ini menelan biaya 175 milyar, seperti disampaikan Presiden saat peresmian. Uang itu dari rakyat dan harus dirasakan oleh rakyat pula. Jangan sampai mengalir ke segelintir orang yang berwatak culas. Perlu menjadi peringatan bahwa mantan bupati Kebumen saat ini masih mendekam di tahanan KPK. Ups..... sudah keluar ternyata. Semoga tiada yang mengikuti jejaknya.Â
(Penulis lahir dan besar di Kebumen, sekarang menetap di Bogor)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H