[caption caption="Dokpri: dari atas klotok menyusuri sungai Arut"][/caption]Pagi itu aku menyusuri sungai arut pangkalanbun kalimantan tengah, bau air sungai bercampur lumpur dan minyak, warna air kecoklatan pertanda air itu tidak layak untuk di konsumsi. Dalam pelajaran toksikologi yang biasa dibahas oleh mereka yang fokus pada penataan kota atau teknik lingkungan identifikasi air secara kasat mata mudah di analisis. Air yang memiliki warna kurang jernih serta memiliki bau dapat dikatakan air tersebut mengandung toksin (racun).
Banyak masyarakat mengkonsumsi air mengandung toksin dalam waktu lama berdampak pada penurunan fungsi organ tubuh seperti ginjal, bahkan bisa berakibat terkena kangker. Mengingatkan kembali kasus di Jepang, Pada tahun 1958 Jepang mengalami krisis kesehatan, penyakit minamata menyebar luas dimasyarakat. penyakit ini menyerang syaraf hingga mengakibatkan kelumpuhan dan kematian. Setelah dilakukan hipotesa penyakit tersebut hampir mirip dengan orang yang keracunan logam berat. Kemudian dari kebudayaan setempat orang jepang mempunyai kebiasaan makan ikan dalam jumlah banyak, maka dilakukanlah ekperimen untuk mengambil sampel ikan ikan di teluk minamata.
Para peneliti dikejutkan ternyata ikan-ikan yang ada diteluk minamata mengandung logam berat (Merkuri). Kemudian di telusuri bahwa kebiasaan orang atau pabrik membuang merkuri ke laut. Penelitian ini akhirnya berlanjut dan ditemukanlah bahwa merkuri itu berasal dari pabrik batu baterai chisso. Akhirnya pabrik itu harus di tutup dan mengganti kerugian kepada penduduk minamata sebesar 26,6 juta dolar
[caption caption="Dokpri: Di sambut lezatnya ikan Laiz"]
[/caption]Sedangkan sugai Arut jika ditelusur lebih jauh didalamnya terdapat ribuan ikan, diantaranya ikan laiz, Â orang pangkalanbun menyebutnya. Ikan ini dijadikan kuliner andalan bagi pelancong yang baru menginjakkan kakiknya di pulau itu. Aku tidak tahu apakah ikan ini juga mengandung merkuri atau mengandung bahan kimia lainnya. Memang jika dirunut air dalam sungai arut berasal dari hutan, sedangkan perusahaan kayu banyak membuang limbahnya ke sungai. Setidaknya ini cocok untuk dijadikan penelitian bagi mereka yang fokus akan hal lingkungan hidup.
[caption caption="Dokpri: Perkampungan bantaran sungai Arut"]
[/caption]Masyarakat bantaran sungai Arut banyak ditempati suku Dayak Melayu dan suku Dayak Mentawai, mata mereka sipi, kulitnya putih, kehidupan mereka mayoritas sebagai pedagang dan nelayan. Rumah mereka model panggung menempati bantaran sungai dengan rangka bangunan menggunakan kayu ulin atau kayu besi. Kayu ini dapat bertahan hingga 20 tahun meskipun harus terendam air setiap hari.
[caption caption="Dokpri: Mandi dan gosok gigi menggunakan air sungai"]
[/caption]Dari sungai itu mereka memanfaatkannya untuk
MCK (mandi cuci kakus) aku tidak bisa membayangkan kemanfaatan air sungai untuk ketiganya dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, termasuk menggunakan airnya untuk berkumur saat gosok gigi. Aku coba mengambil air itu melalui tangan kananku, syaraf hidungku yang mancung ini mencium bau amis bercampur minyak, aku ingin coba berkumur tapi batinku menolaknya.
Tempat membuang hajat
[caption caption="Dokpri: Masyarakat menggunkannya untuk membuang air besar dan kencing"]
[/caption]
[caption caption="Dokpri: Lubang berbentuk kotak sebagai sarana untuk membuang hajat"]
[/caption]
[caption caption="Dokpri: Seorang ibu dan anaknya mandi di sungai"]
[/caption]Kembali kaki ini melangkah, dihadapnaku ada seorang ibu dengan kain jarit (batik panjang) mereka mandi bersama anaknya, terlihat si kecil hanya menggunakan celana dalam, aku sempatkan mengabadikan gambar itu, mereka tahu lantas kabur sambil senyum senyum nyinyir. Dalam batinku untung kain jaritnya tidak lepas, andai lepas aku tidak tau harus menolongnya atau sembunyi karena malu..hiks.
[caption caption="Dokpri: Bersama pak Kadir dari keturunan Dayak Melayu"]
[/caption]Batinku masih penasaran dengan sungai arut, lantas aku ke bibir sungai melalui lantai panggung kayu ulin, aku lambaikan tanganku ke arah klotok (perahu gethek). Datang pak kadir dengan klothoknya menghampiriku, dan kita membuat kesepakatan, pak Kadir bersama klotoknya aku sewa untuk meyusuri sungai arut, dengan imbalan 50.000,  kunikmati semua yang ada dibantaran sungai itu. Sesekali aku minta untuk foto selfie bersama pak Kadir, dan sesekali aku juga minta untuk diambilkan foto, meskipun harus sabar mengajari, karena menurut pak Kadir foto android baru pertama itu ia pegang dan menggunakannya. Keceriaannya muncul terlihat dari cara tertawanya yang lebar, lalu di sela bibir hitamnya kepulan asap dari rokok kretek yang terurai dibawa oleh hembusan angin sungai.  Terlihat pula banyak karang gigi yang kuning maupun kehitaman yang sudah terkikis oleh air kapur.
[caption caption="Dokpri: Foto di ambil oleh Pak Kadir pemiliki Klothok"]
[/caption]Sungai arut merupakan sungai air dalam, didalamnya terdapat berbagai macam mahkluk hayati diantaranya ikan. sungai ini sangat potensial untuk di jadikan objek
wisata pangkalanbun. Aku bermimpi kelak bisa berkunjung lagi kesini, dengan perubahan yang besar.
Program perbaikan bantaran sungai juga perlu dilakukan, seperti mengajarkan masyarakatnya untuk menggunakan air bersih dan membuat kebijakan larangan untuk memanfaatkan sungai sebagai MCK karena akan merusak kesehatan dalam jangka yang panjang. Mungkin mereka belum merasakan saat ini, tapi anak cucunya yang akan menerima dampak atas apa yang diperbuat hari ini.
 Â
Pangkalanbun, februari 2016
Salam
Â
Setiawan Widiyoko
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya