Mohon tunggu...
Hendra Shah
Hendra Shah Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pancasilais

Selanjutnya

Tutup

Politik

Redupnya Sinar Jokowi-Ahok

28 Januari 2014   10:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:23 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sinar Jokowi-Ahok pada awal pemerintahannya sangat terang benderang,  dan mereka juga menjadi harapan masyarakat, walaupun saat itu kita tidak tahu apa yang membuat mereka tampak begitu berkilau, karena kilau mereka umumnya berasal dari puja-puji yang di media massa dan media sosial.
Dengan semua puji-pujian terkait prestasi dan kinerja mereka di masa lalu ternyata berbanding terbalik dengan kinerja mereka ketika menjabat sebagai pemimpin tertinggi di Jakarta. Mereka terlihat tidak mempunyai konsep yang jelas dalam mengurus Jakarta, malah sering bingung harus berbuat apa dan mana yang perlu menjadi prioritas sehingga kebijakan mereka menjadi cenderung reaktif bukan preventif. Ketika dikritik karena banjir, keduanya sibuk wira wiri mengurus banjir, dan ketika dikritik karena macet, mereka sibuk mengurus macet. Begitu saja yang terjadi selama dua tahun belakangan ini.

Bukan itu saja, ketika terjadi masalah dapat dipastikan mereka akan sibuk menyalahkan orang lain padahal terlihat dengan jelas bahwa maladministrasi terjadi karena kesalahan keduanya. Mendiskusikan kedua orang ini tentu tidak lengkap tanpa mengulas fakta mereka selama dua tahun terakhir lebih banyak pencitraan daripada bekerja. Jangankan mengurus banjir dan kemacetan, memperbaiki jalan yang rusak karena banjir juga tidak bisa.

Alasan mereka bersinar selama masa kampanye dan periode awalpun akhirnya terkuak karena mereka menggunakan koordinator media seperti Eep Saifulloh Fatah, dan 10.000 prajurit siber yang dipimpin Kartika Djoemhadi dari PT Spindoctors Indonesia untuk mengatur lalu lintas berita dan menyetir isu yang terkait dengan mereka berdua di media massa dan media sosial.

Yang jadi pertanyaan adalah darimana mereka mempunyai dana untuk memelihara 10ribu orang yang bekerja demi mengelola isu di media sosial? menyewa pakar seperti Eep Saifulloh Fatah dan Kartika Djoemadi yang tentunya tidak murah? Belum lagi membuat media massa hanya menayangkan berita positif tentang mereka tentu tidak gratis dan tidak murah.

Ternyata juga mulai terkuak bahwa di belakang mereka berdiri banyak sekali konglomerat sebagai ATM pribadi yang kapan saja siap menggelontorkan uang berapa besarpun yang mereka perlukan dan minta dengan dalih CSR, dengan contoh terakhir orang terkaya di Indonesia "menghibahkan" ribuan bus angkutan umum. Apa keuntungan para konglomerat terkaya Indonesia itu menyokong dua tokoh tidak terkenal seperti Jokowi dan Ahok sampai menjadi terkenal seperti sekarang? Hanya mereka yang tahu, namun sepertinya jawabannya akan sangat menakutkan dan mengerikan.

Blunder demi blunder yang dilakukan Jokowi-Ahok akan selalu dikelola oleh pasukan cybernya supaya tidak menimbulkan kerusakan pada citra mereka, dan sampai tingkat tertentu para cyber army tersebut cukup berhasil menekan tingkan kerusakan, tetapi sinar terang benderang dan citra mentereng mereka akan semakin terkikis seiring kesalahan yang terus mereka lakukan dan reaksi mereka terhadap kesalahan tersebut yang cenderung banyak berdalih. Mata rakyat tidak buta, sehingga mereka masih bisa melihat keburukan kinerja Jokowi Ahok walaupun cyber armynya berusaha menciptakan berbagai ilusi demi menutupi keburukan tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun