Pandemi Covid-19 yang masih melanda dunia hingga kini berdampak dalam berbagai sendi-sendi kehidupan, termasuk pendidikan. Sistem pembelajaran daring atau online berlaku dimana-mana, di berbagai negara, termasuk di Indonesia.
Setiap kampus menyelenggarakan sistem pendidikan jarak jauh, terutama sekolah, dan dengan berbagai pro kontra yang ada. Berbagai problem juga menyelimuti, dan bahkan menjadi problem serius baru selama pandemi.
Imbasnya, pelaksanaan wisuda juga dilaksanakan secara daring. Banyak penolakan terjadi, yang jelas kekhawatiran kehilangan kesakralan dan hilangnya perayaan dirasa semua orang.
Wisuda jadi ajang terakhir seorang mahasiswa dalam perjuangan menyelesaikan pendidikan kesarjanaannya, yang jelas ini momentum sangat berharga dalam hidupnya. Momentum terakhir, bersejarah, dan semua orang menikmati waktu tersebut.
Tapi, jika dilaksanakan online, di rumah masing (yang tidak terkendala signal), tidak secara langsung dengan teman wisudawan yang lain, tidak medapat hadiah dari kolega lain secara langsung, tidak rame-ramean, maka ini adalah hal yang tidak diinginkan.
Meskipun demikian, jika ditarik hikmahnya wisuda online juga tetap berkesan, dan menyenangkan, bahkan memberikan pesan luar biasa di tengah pandemi seperti sekarang.
Lebih sepi, lebih sakral
Semua tahu bahwa jika pelaksanaan wisuda di kampus pasti ribuan orang hadir, ditambah keluarga, teman dan kolega. Akibatnya, kampus sangat ramai sekali, setiap sudut dipenuhi orang-orang yang sekedar merayakan wisuda anggota keluarganya.
Kemacetan sana-sini tidak terelakkan, setiap orang larut dalam suka ria sehingga melupakan esensi sakral dari wisuda itu sendiri. Kesakralan ini harusnya digarisbawahi sebagai proses merestart ulang tujuan hidup, karena setelah wisuda seseorang akan kembali pada masyarakat, dunia nyata, dan menghadapi kompetisi yang sesungguhnya.
Jika kesakralan wisuda hilang, yang ada hanyalah sekedar prosesi saja, pamer make up, pamer jas mahal, anggota keluarga lengkap, pamer IPK, dan lainnya. Jauh dari itu, wisuda adalah upacara melepas mahasiswa agar bersiap menghadapi dunia kehidupan yang sebenarnya, ditengah tantangan. Harapannya, seorang wisudawan selain bisa mengaplikasikan ilmunya, juga bisa membawa perubahan besar bagi bangsa. Inilah mengapa harus sangat sakral.
Tapi keriuahan saat prosesi wisuda terkadang melupakan kesakralannya. Oleh karena itu, momentum wisuda online ini menjadikan proses kesakralan itu kembali. Mengapa? Jawabannya tentu karena suasana langsung bersama keluarga, orang tercinta, keriuhan, kesesakan tidak dijumpai dalam wisuda online.
Di sekeliling kita hanya ada anggota keluarga, mereka, dan kita benar-benar menikmati sungkeman yang kita lakukan. Bahkan, orangtua wisudawan juga sangat bangga kala bisa memindahkan anting-anting toga anaknya, yang biasnaya dilakukan oleh rektor di universitas. Ia menjadi rektor dadakan bukan?