Perubahan sosial telah mengantarkan manusia pada peradaban dimana segalanya serba berlebih. Di zaman ini problem manusia ada pada kelebihan (kebanyakan) segala elemen kehidupan. Pangan yang berlimpah, makanan, alat-alat kebutuhan serba ada, teknologi hingga informasi pun sangat berlebih.
Berbeda dengan zaman dulu, problem manusia dilandasi karena adanya kekuarangan di segala lini, kekurangan pangan, alat transportasi, alat komunikasi, dan kekurangan lainnya.
Dari masalah berlebihan ini menyebabkan kecanduan (addiction) karena berbagai kemudahan di zaman serba ada ini. Pada zaman dulu obat-obatan masih snagat langka ditemui, saat ini orang-orang bahkan banyak yang kecanduan obat-obatan terlarang. Begitupun sebelum ada media sosial, informasi hanya ditemui di radio, TV, dan koran cetak saja, sedangkan kini informasi sangat banyak sekali sehingga berserakan dimana-mana termasuk di media sosial.
Salah satu solusi untuk antisipasi fenomena ini adalah memilih gaya hidup minimalis. Gaya hidup minimalis (minimalism) ini merupakan gaya hidup dimana kita mengurangi semua hal yang berlebihan dalam hidup, serta fokus pada sedikit hal yang benar-benar penting (bermanfaat) buat kita.
Gaya hidup minimalis ini salah satunya bisa diterapkan pada aktivitas hidup di media sosial kita atau digital minimalism. Alasannya tentu karena dibombardirnya informasi/konten-konten yang ada di platform media sosial (Instagram, Facebook, Youtube, WA, Twitter dan sejenisnya) kita dan menyebabkan berbagai dampak negatif (meski banyak dampak positif) seperti kecanduan mengakses, hoaks, atau bahkan informasi yang sebenarnya tidak penting tetapi dikonsumsi.
Implikasinya coba tanyakan pada diri kita berapa jam waktu yang kita gunakan untuk mengakses Facebook, menonton Youtube, membuka WA story dan IG story, scrool-scrool online shop, dan medsos lainnya? Jika masih ada dalam batas wajar, berarti anda masih bis amengendalikan atau punya gaya hidup minimalis, tapi jika sudah tidak wajar, maka berhati-hatilah sebelum dampak buruk banyak menimpa Anda.
Syukur-syukur jika masih mengakses informasi yang mempunyai dampak positif, parahnya jika informasi yang kita konsumsi tidak beresensial kemudian menyebabkan ketagihan maka kita amat rugi sekali.
Dengan demikian, untuk mengatasi masalah tersebut, kita bisa menerapkan gaya hidup minimalis di dunia media sosial kita. Dalam artian kita bisa meminimalisir sesuatu hal yang tidak penting/tidak penting-penting amat atau bahkan tidak berdampak baik bagi kita untuk dijauhkan dari medsos kita.
Pertama, analisislah hal-hal penting bagi kita
Pada dasarnya ketika kita akan mengkonsumsi konten/informasi pasti memiliki motivasi sendiri, baik pendidikan, hiburan, atau ilmu pengetahuan. Namun, seringkali kita terjerumus pada informasi/konten-konten yang tidak penting dan malah sering kita tonton/konsumsi.
Solusinya, coba analisis kembali informasi/konten apa yang penting untuk kita konsumsi setiap hari. Atau informasi apa yang memang pantas kita baca/tonton sehari-hari. Jika yang kita perlukan adalah konten politik maka konsumsilah dari media-media yang jelas keberadaannya, begitupun konten lainnya, sosial, pendidikan, agama.